Monday, May 6, 2013

Teori Keagenan (Agency Theory)



Berdasarkan agency theory, adanya pemisahan antara kepemilikan dan
pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Terjadinya konflik yang
disebut agency problem disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal (yang
memberi kontrak atau pemegang saham) dan agen (yang menerima kontrak dan
mengelola dana prinsipal) mempunyai kepentingan yang saling bertentangan.
(Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Jika agen dan prinsipal berupaya
memaksimalkan utilitasnya masing-masing, serta memiliki keinginan dan
10             
motivasi yang berbeda, maka ada alasan untuk percaya bahwa agen (manajemen)
tidak selalu bertindak sesuai keinginan prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976).
Agency problem sering terjadi dalam perusahaan yang manajernya
memiliki kurang dari seratus persen saham perusahaan. Pemilik sekaligus manajer
pada perusahaan perseorangan selalu bertindak memaksimumkan kemakmuran
mereka dan meminimumkan pengeluaran yang tidak diperlukan, tetapi apabila
pemilik perusahaan menjual sebagian saham kepada investor lain, maka muncul
agency problem. Agency problem pada perusahaan besar sangat potensial terjadi
karena proporsi kepemilikan perusahaan oleh manajer relatif kecil, sehingga
manajer bukan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tetapi
memperbesar skala perusahaan dengan cara ekspansi atau membeli perusahaan
lain (Sartono, 2001).

No comments:

Post a Comment