Tujuan pembagian dividen untuk memaksimumkan pemegang saham atau
harga saham dan menunjukan likuiditas perusahaan. Dari sisi investor dividen
merupakan salah satu motivator untuk menanamkan dana dipasar modal. Investor
lebih memilih dividen yang berupa kas dibandingkan dengan capital gain.
Perilaku ini diakui oleh Gordon-Litner sebagai “The bird in the hand theory”
bahwa satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Selain itu investor juga
dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai besarnya dividen yang
dibagikan.
Dari sisi emiten kebijakan dividen
sangat penting bagi mereka, apakah sebagai keuntungan perusahaan akan lebih
banyak digunakan untuk membayar dividen dibanding retain earning atau
sebaliknya. Dalam penetapan kebijaksanaan mengenai pembagian dividen, faktor
yang menjadi perhatian manajemen adalah besarnya laba yang dihasilkan
perusahaan. Ada dua ukuran kinerja
akuntansi perusahaan yaitu laba akuntansi dan total arus kas. Penelitian ini
menggunakan laba akuntansi sebagai pengukur kinerja akuntansi perusahaan.
Menurut
pengertian akuntansi konvensional dinyatakan bahwa laba akuntansi adalah
perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisir yang dihasilkan dari
transaksi dalam suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan kepadanya. Bila dilihat secara mendalam, laba akuntansi bukanlah definisi yang sesungguhnya
dari laba melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara untuk menghitung
laba (Muqodim, 2005:114).
Laba
akuntansi adalah laba dari kaca mata perekayasa akuntansi atau kesatuan usaha
karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan terandalkan.
Laba akuntansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba yang didapat
dari selisih hasil penjualan dikurangi harga pokok penjualan dan biaya-biaya
operasi perusahaan (laba bersih). Selain menggunakan
nilai laba akuntansi dalam menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan,
seringkali perusahaan juga
mempertimbangkan laba tunai yang pada dasarnya merupakan laba akuntansi setelah
diperhitungkan dengan beban-beban non kas dalam hal ini; beban penyusutan dan
amortisasi.
Depresiasi dan amortisasi
merupakan biaya non kas, artinya biaya tersebut tidak lagi memerlukan
pengeluaran kas sekarang ataupun di masa depan. Menurut Standar Akuntansi
Keuangan, penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan
sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Suatu aktiva dapat dipandang sebagai kuantitas
jasa ekonomi potensial yang dikonsumsi selama menghasilkan pendapatan. Penyusutan aktiva dibebankan ke pendapatan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Efendri (1993) dalam Murtanto dan Febby
(2004) tesisnya meneliti tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
kebijakan pembagian dividen kas. Penelitian dilakukan terhadap 84 perusahaan
yang mengembalikan questionnaires,
seluruhnya merupakan perusahaan go public
sampai akhir tahun 1991. Hasilnya menyatakan bahwa faktor peningkatan dan
penurunan laba termasuk faktor yang sangat penting dipertimbangkan manajemen
dalam kebijakan pembagian dividen kas.
Elizabeth (2000) dalam
penelitiannya yang menganalisis hubungan laba akuntansi dan laba tunai dengan
dividen kas, dengan menggunakan koefisien korelasi Spearman Rank, ia
menganalisa 25 perusahaan yang go publik
di BEJ pada tahun 1992, 1993 dan 1994. Berdasarkan penelitiannya itu
disimpulkan bahwa ada konsistensi hubungan yang signifikan antara laba
akuntansi dan laba tunai dengan dividen kas. Pada umumnya laba akuntansi lebih
mempengaruhi besarnya dividen kas yang dibagikan dari laba tunai.
Murtanto dan Febby (2004)
dalam penelitiannya yang menganalisis hubungan antara laba akuntansi dan laba
tunai dengan dividen kas. Mereka menganalisis perusahaan industri barang
konsumsi pada tahun 1999, 2000 dan 2001. Berdasarkan penelitiannya itu
disimpulkan bahwa adanya hubungan yang kuat antara laba akuntansi terhadap
dividen kas.
No comments:
Post a Comment