Thursday, April 25, 2013

Makalah Financial Distress



Kondisi keuangan perusahaan adalah suatu tampilan secara utuh atas
keuangan perusahaan selama periode atau kurun waktu tertentu. Media yang dapat
dipakai untuk menilai kondisi keuangan perusahaan adalah laporan keuangan
yang terdiri atas neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan
laporan posisi keuangan. Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan
kesehatan perusahaan sesungguhnya (Ramadhany, 2004). Menurut Mc Keown
(1991) semakin memburuk atau terganggunya kondisi keuangan suatu perusahaan
maka semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going
concern. Sebaliknya perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan
keuangan, auditor tidak pernah memberikan opini audit going concern.
Penelitian mengenai kebangkrutan perusahaan diawali dari analisis rasio
keuangan, karena laporan keuangan lazimnya memiliki informasi-informasi
penting mengenai kondisi dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang
(Freser dalam Fanny dan Saputra, 2005). Beaver (1996) dalam Fanny dan Saputra
(2005) telah melakukan studi tentang kerentanan perusahaan terhadap kegagalan,
lima tahun sebelum perusahaan dinyatakan mengalami kesulitan keuangan.
Altman (1968) dalam Fanny dan Saputra (2005) juga telah melakukan studi
serupa untuk menemukan suatu model prediksi kebangkrutan dalam beberapa
periode sebelum kebangkrutan benar-benar terjadi.
Altman dan McGough (1974) menemukan bahwa prediksi dengan tingkat
kebangkrutan dengan menggunakan suatu modal prediksi mencapai tingkat
keakuratan 82% dan menyarankan penggunaan model prediksi kebangkrutan
22
sebagai alat bantu auditor untuk memutuskan kemampuan perusahaan
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Fanny dan Saputra (2005) menemukan
bahwa penggunaan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh
Altman mempengaruhi ketetapan pemberian opini audit. Penelitian yang
dilakukan oleh Setyarno dkk (2007) juga berhasil membuktikan bahwa model
prediksi kebangkrutan Altman berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan yang terancam bangkrut
berpeluang mendapatkan opini audit going concern dari auditor.
Mutchler (1985) yang dikutip oleh santosa (2007) mengungkapkan beberapa
karakteristik dari suatu perusahaan bermasalah, antara lain perusahaan memiliki
modal total negatif, arus kas negatif, pendapat operasi negatif, modal kerja
negatif, kerugian pada tahun berjalan dan defisit saldo laba tahun berjalan.
Carcello dan Neal (2000) dalam Setyarno dkk (2007) menyatakan bahwa semakin
buruk kondisi keuangan perusahaan maka semakin besar probabilitas perusahaan
menerima opini going concern. Dengan menggunakan model prediksi Z Score
Altman, hasil penelitian Ramadhany (2004) selaras dengan penelitian Fanny dan
Saputra (2007) menemukan bahwa penggunaan model prediksi kebangkrutan
yang dikembangkan oleh Altman mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit.
Penelitian yang dilakukan Setyarno dkk (2007) juga membuktikan bahwa model
prediksi kebangkrutan Altman berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern.
Sampai dengan saat ini, Z Score model ini masih lebih banyak digunakan
oleh para peneliti, praktisi, serta para akademis di bidang akuntansi dibandingkan
23
model prediksi kebangkrutan lainnya Altman (dalam Fanny dan Saputra, 2005).
Hasil penelitian yang dikembangkan Altman, yaitu:
Keterangan:
Z= 1.2 + 1.4 + 3.3 + 0.6 + 0.999
Z1 = working capital/total asset
Z2 = retained earnings/total asset
Z3 = earnings before interest and taxes/total asset
Z4 = market capitalization/book value of debt
Z5 = sales/total asset
Model yang telah dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi.
Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang dilakukan agar
model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan-perusahaan
manufaktur yang go public melainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaanperusahaan
di sektor swasta.
Keterangan:
Z1= working capital/ total assets
Z2= retained earnings/ total assets
Z3= earnings before interest and taxes/ total assets
Z4= book value of equity / book value of debt
Z5= sales/ total assets
Z score yang dikembangkan Altman ini dapat digunakan untuk menentukan
kecenderungan kebangkrutan dan juga dapat digunakan sebagai ukuran dari
Z= 1.2 Z1 + 1.4 Z2 + 3.3 Z3 + 0.6Z4 + 0.999Z5
Z’ = 0.717 Z1 + 0.847 Z2 + 3.107 Z3 + 0.420 Z4 + 0.998 Z5
24
keseluruhan kinerja keuangan perusahaan. Z score ini menjadi menarik
dikarenakan keandalanya sebagai alat analisi tanpa memperhatikan bagaimana
ukuran perusahaan. Meskipun bila sebuah perusahaan sangat makmur, namun jika
Z score mulai turun dengan tajam, maka mengindikasikan adanya bahaya
kebangkrutan. Atau, bila perusahaan baru saja survive, Z score bisa digunakan
sebagai alat bantu dalam melihat dampak yang telah diperhitungkan dari
perubahan upaya-upaya manajemen perusahaan.
Definisi dari kelima rasio yang dikembangkan Altman tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Z1 = Net Working Capital to Total Assets
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang
dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja bersih
dengan total aktiva. Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aktiva
lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Modal kerja bersih yang
negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi
kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar
yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan
dengan modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali
menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya.
2. Z2 = Retained Earnings to Total Assets
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan
25
merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham.
Dengan kata lain, laba ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan
perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para
pemegang saham. Laba ditahan menunjukkan klaim terhadap aktiva,
bukan aktiva per ekuitas pemegang saham. Laba ditahan terjadi karena
pemegang saham biasa mengizinkan perusahaan untuk
menginvestasikan kembali laba yang tidak didistribusikan sebagai
dividen. Dengan demikian, laba ditahan yang dilaporkan dalam neraca
bukan merupakan kas dan “tidak tersedia” untuk pembayaran dividen
atau yang lain.
3. Z3 = Earning Before Interest and Tax to Total Assets
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga
dan pajak.
4. Z4 = Market Value of Equity to Book Value of Debt
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai
pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar
saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa.
Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar
dengan kewajiban jangka panjang.
26
5. Z5 = Sales to Total Assets
Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume
bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio
ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan
keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan
mendapatkan laba.
Penelitian yang dilakukan Altman untuk perusahaan yang bangkrut
dan tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang digunakan
untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model
diskriminan adalah dengan melihat zone of ignorance yaitu daerah nilai
Z, dimana dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Berdasarkan analisis diatas apabila Z dari perusahaan yang diteliti lebih
besar dari > 2,99 maka perusahaan tersebut dikategorikan tidak mempunyai
masalah dengan kebangkrutan (non bankrupt company) dan jika lebih kecil dari
Kriteria titik cut off
Model Z Score Kriteria
Nilai Z
Tidak bangkrut/ sehat jika
Z lebih dari (>)
2,99
Bangkrut jika Z kurang
dari (<)
1,81
Daerah rawan bangkrut
(grey area)
1,81-2,99
27
1,80 maka perusahaan tersebut berisiko tinggi terhadap kebangkrutan. Sedangkan
bila nilai Z berada diantara 1,81 sampai dengan 2,99 perusahaan tersebut
dikatakan masih memiliki resiko kebangkrutan.

No comments:

Post a Comment