Sunday, May 29, 2016

Skripsi Manajemen Modal Kerja Dan Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas

Latar Belakang
Pada jaman sekarang ini merupakan era persaingan ketat antar perusahaan. Setiap perusahaan harus mengembangkan keunggulan kompetitifnya agar dapat bertahan dan memajukan perusahaannya. Salah satunya keunggulan yang perlu dikembangkan oleh perusahaan adalah kinerja keuangan perusahaan. Salah satu komponen yang sangat penting bagi kinerja perusahaan adalah manajemen modal kerja.
Hal ini karena manajemen modal kerja berpengaruh secara  langsung pada likuiditas dan profitabilitas perusahaan.
Banyak survei yang dilakukan bahwa para manajer harus menghabiskan waktu berhari-hari dengan berbagai masalah yang berkaitan dengan bagaimana para manajer harus membuat keputusan yang melibatkan modal kerja (Weston dan Copeland, 1999). Banyak alasan yang membuat keputusan modal kerja ini menjadi sangat sulit dan membutuhkan berbagai pertimbangan. Salah satunya adalah bahwa aktiva dengan umur investasi yang pendek akan terus dikonversi menjadi jenis aktiva. Perusahaan juga harus memperhatikan masalah pengelolaan kewajibankewajibannya. Perusahaan yang baik seharusnya dapat memenuhi kewajibankewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu sesuai jatuh tempo dari kewajibankewajiban perusahaan tersebut. Bila dilihat secara keseluruhan, keputusan mengenai modal kerja dari waktu ke waktu akan selalu berbeda dan memakan waktu yang cukup lama.
Manajemen modal dinilai sangat penting untuk berbagai alasan. Hal ini dapat terlihat jelas pada perusahaan manufaktur. Aktiva lancar memiliki porsi setengah bagian atau lebih dari total aktiva yang ada diperusahaan (Van Horne dan Wachowiez, 2007). Hal ini mengidentifikasikan perusahaan harus memberikan perhatian khusus dan serius pada pengelolaan aktiva lancar ini. Sebuah perusahaan yang memiliki  aktiva lancar yang berlebihan dapat mengakibatkan perusahaan kurang dapat mewujudkan pengembalian investasi yang baik. Akan tetapi juga sebuah perusahaan memilki aktiva lancar yang terlalu sedikit mungkin dapat menimbulkan kekurangan dan kesulitan dalam menjalankan dan menjaga operasional perusahaannya.
Manajemen modal kerja yang efisien adalah jawaban untuk permasalahanpermasalahan yang terjadi dalam mengelola aktiva lancar dan kewajiban lancar pada perusahaan. Manajemen modal kerja akan melibatkan perencanaan dan pengendalian pada aktiva lancar dan kewajiban lancar dalam pengelolaan aktiva dan kewajiban lancar ini. Manajemen modal kerja berusaha untuk menekan dan menghilangkan resiko yang muncul berupa ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya disatu sisi dan di sisi lain untuk menghindari perusahaan melakukan investasi yang berlebihan.
Manajemen modal kerja merupakan bagian yang sangat sensitif bagi perusahaan. Manajemen modal kerja melibatkan komposisi dan berapa jumlah aktiva lancar yang harus dimiliki perusahan dan juga bagaimana usaha-usaha perusahaan untuk mendapatkan aktiva lancar ini. Manajemen harus dapat mengelola aktiva lancar ini dengan sebaik-baiknya agar aktiva lancar ini dapat digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan dan menghasilkan laba. Pada saat dibutuhkan aktiva ini juga dapat dikonversi segera menjadi uang tunai.
Setiap perusahaan memiliki dua tujuan utama yaitu yang pertama perusahaan mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Kedua perusahaan mempunyai tujuan untuk menjaga likuiditasnya. Perusahaan harus dapat memenuhi kedua tujuan tersebut secara seimbang.
Perusahaan harus bisa menjaga likuiditasnya dengan mengatur kewajiban jangka pendeknya. Kewajiban lancar biasanya mencakup utang usaha, wesel bayar, pinjaman bank  jangka pendek, utang pajak, beban yang masih harus dibayar dan bagian utang jangka panjang (Bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun) (Subramarnyam dan Wild, 2010). Perusahaan harus bisa mengatur kewajibankewajiban lancar tersebut agar dapat menjaga likuiditas perusahaan. Perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik, sehingga diharapkan perusahaan dapat terhindar dari kebangkrutan (Subramarnyam dan Wild, 2010).
Perusahaan mempunyai tujuan untuk memaksimalkan keuntungan. Perusahaan dapat memaksimalkan keuntungannya dengan cara mengelola dengan sebaik-baiknya aktiva lancar untuk mendukung operasi perusahaan. Biasanya aktiva lancar ini mencakup kas, efek (surat berharga, sekuritas) yang jatuh tempo dalam satu tahun fiscal ke depan, piutang, persediaan dan beban dibayar dimuka (Subramarnyam dan Wild, 2010). Perusahaan harus bisa mengatur dengan sebaik-baiknya aktiva lancar ini, sebab aktiva lancar ini akan digunakan untuk operasi perusahaan. Bila operasi perusahaan dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan perusahaan dapat menghasilkan dan meningkatkan profitabilitasnya. Penghasilan dan manfaat peningkatan profitabilitas perusahaan dapat digunakan perusahaan untuk menjaga kelangsungan perusahaannya.
Perusahaan dalam mencapai dua tujuaan utama yaitu mencari laba dan mempertahanakan hidup perusahaannya secara seimbang merupakan hal yang sangat sulit. Perusahaan pasti menginginkan keuntungan yang maksimal sehingga perusahaan dapat bertahan lama tetapi disisi lain perusahaan tidak mungkin mengabaikan likuiditas perusahaan karena bila perusahaan mengabaikannya maka perusahaan kemungkinan dapat mengalami kebangkrutan. Terlihat jelas pada bagian ini bahwa keberadaan manajemen modal kerja itu penting. Manajemen modal kerja bisa memberikan pertimbangan-pertimbangan yang tepat mengenai alternatifalternatif yang akan digunakan perusahaan dan nantinya akan mempengaruhi
profitabilitas perusahaan.
Perusahaan yang memiliki manajemen modal kerja yang efisien dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva lancar dan kewajiban lancar dengan lebih baik. Ketika perusahaan memiliki kemampuan produksi yang tinggi, perusahan dapat menyediakan persediaan barang-barang jadi yang siap untuk dijual dalam jumlah besar. Untuk menjual barang-barang jadi ini, perusahaan dapat menerapkan kebijakan penjualan kredit. Hal ini memberikan efek yang baik pada perusahaan maupun pada konsumennya. Kebijakan kredit bagi perusahaan dapat merangsang pertumbuhan penjualan produknya. Bagi konsumen kebijakan kredit dapat memberikan waktu pada mereka untuk menilai apakah kualitas produk yang dibelinya sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen.
Kebijakan kredit ini juga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan saat membeli bahan baku dari pemasok. Keuntungan menunda pembayaran adalah perusahaan dapat menilai bahan baku yang dibeli perusahaan. Kebijakan kredit juga bisa memiliki keuntungan sebagai sumber pembiayaan yang murah dan fleksibel bagi perusahaan. Akan tetapi menunda pembayaran juga memiliki efek yang buruk karena bila ada diskon, penundaan pembayaran justru akan merugikan perusahaan.
Di dalam modal kerja, perusahaan juga harus melakukan manajemen terhadap piutang usaha. Manajemen harus dapat membuat kebijakan-kebijakan mengenai penagihan piutang. Kebijakan-kebijakan tersebut dapat membantu perusahaan dalam menagih piutangnya tepat pada waktunya (Van Horne dan Wachowiez, 2007).
Manajer harus manganalisa mengenai apakah terjadi masalah dalam penagihan. Perputaran piutang akan memberikan dampak pada profitabilitas perusahaan. Dengan mengetahui waktu yang diperlukan perusahaan untuk mengumpulkan piutangnya, perusahaan dapat mengetahui juga seberapa jauh kebijakan perusahaan dapat mendukung secara efektif dalam pengumpulan piutang. Jika sebuah perusahaan membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk mengumpulkan piutang maka akan terjadi investasi berlebihan pada piutang dan ini akan berdampak buruk bagi perusahaan karena ada kemungkinan bahwa piutang-piutang yang tertagih itu sulit untuk direalisasi. Hal itu dapat menurunkan profitabilitas.
Persediaan merupakan salah satu bagian dari modal kerja (Subramarnyam dan Wild, 2010). Seringkali persediaan merupakan bagian aset lancar yang memiliki kuantitas yang cukup besar dan membutuhkan perhatian khusus. Sebagian besar perusahaan mempertahankan tingakat persediaan pada tingkat tertentu. Hal ini terjadi karena perusahaan ingin memiliki persediaan yang cukup agar penjualan perusahaan dapat terus berjalan. Jika persediaan tidak cukup, maka dapat terjadi penurunan volume penjualan dibawah tingkat yang dapat dicapai (Subramarnyam dan Wild, 2010). Manajemen mengelola persediaan perusahaan dengan sebaik-baiknya sehingga kegiatan penjualan perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Investasi yang berlebihan pada persediaan mengakibatkan perusahaan dihadapkan pada berbagai biaya-biaya seperti biaya penyimpanan, biaya asuransi, biaya pajak, biaya keusangan dan kerusakan fisik pada persediaan itu sendri (Subramarnyam dan Wild, 2010). Ketika biaya-biaya ini memiliki porsi yang cukup besar  maka biaya-biaya ini akan mengurangi profitabilitas. Investasi berlebihan pada persediaan juga mengindentifikasikan bahwa terjadi masalah dalam pengelolaan persediaan. Ada kemungkinan bahwa produk-produk yang dimiliki perusahaan tidak laku terjual, sehingga persediaan itu menumpuk. Tidak lakunya barang bisa mengidentifikasikan bahwa kebijakan-kebijakan mengenai penjualan harus diperbaiki sehingga persediaan dapat dijual oleh perusahaaan.
Manajemen juga harus mengelola dengan baik pembayaran utangnya. Manajemen harus bisa menganalisa kapan harus membayar utang dan kapan melakukan penundaan pembayaran utang. Penundaaan pembayaran pada saat pembeliaan persediaan terjadi karena perusahaan ingin menilai dahulu apakah barang-barang yang sudah dibeli sesuai dengan standar perusahaan. Penundaan pembayaran utang juga bisa menjadi suatu pembiayaan yang murah bagi perusahaan saat membeli bahan-bahan baku. Hal itu bila dilihat dari segi positif tapi dari sisi lain bila kebijakan kredit itu terdapat potongan harga atau diskon maka itu merupakan kerugiaan bagi perusahaan apabila melakukan penundaan pembayaran.
Selain diatas ada berbagai penyebab kenapa manajemen melakukan penundaan pembayaran. Mulai dari kurangnya ketersediaan kas yang digunakan untuk membayar tagihan. Kekurangan kas dapat disebabkan berbagai hal. Bisa saja terjadi masalah dalam penagihan piutang, sehingga piutang yang seharusnya ditagih dan dikonversi menjadi kas tidak bisa direalisasikan. Penyebab lainnya adalah adanya persediaan barang-barang yang tidak laku dijual sehingga akan mengurangi pendapatan yang masuk pada perusahaan baik penjualan tunai maupun kredit.
Berdasarkan penelitian terdahulu (Raheman and Nasr, 2007) menganalisis manajemen modal kerja didalam penelitian ini digunakan beberapa variabel-variabel yaitu Average Collection Period, Inventory Turnover In Days, Average Payment Period. Untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan digunakan Current Ratio, untuk mengukur tingkat ukuran perusahaan menggunakan Logarithm of Sales dan untuk mengukur tingkat penggunaan utang menggunakan Debt Ratio.
Dalam rangka menganalisis dan mengukur variabel-varaibel tersebut terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur di Indonesia periode 2011 maka disusunlah penelitian dengan judul “Pengaruh .

No comments:

Post a Comment