Latar
Belakang
Pada jaman sekarang ini merupakan era persaingan ketat antar
perusahaan. Setiap perusahaan harus mengembangkan keunggulan kompetitifnya agar
dapat bertahan dan memajukan perusahaannya. Salah satunya keunggulan yang perlu
dikembangkan oleh perusahaan adalah kinerja keuangan perusahaan. Salah satu
komponen yang sangat penting bagi kinerja perusahaan adalah manajemen modal
kerja.
Hal ini karena manajemen modal kerja berpengaruh secara langsung pada likuiditas dan profitabilitas perusahaan.
Hal ini karena manajemen modal kerja berpengaruh secara langsung pada likuiditas dan profitabilitas perusahaan.
Banyak survei yang dilakukan bahwa para manajer harus
menghabiskan waktu berhari-hari dengan berbagai masalah yang berkaitan dengan
bagaimana para manajer harus membuat keputusan yang melibatkan modal kerja
(Weston dan Copeland, 1999). Banyak alasan yang membuat keputusan modal kerja
ini menjadi sangat sulit dan membutuhkan berbagai pertimbangan. Salah satunya
adalah bahwa aktiva dengan umur investasi yang pendek akan terus dikonversi
menjadi jenis aktiva. Perusahaan juga harus memperhatikan masalah pengelolaan
kewajibankewajibannya. Perusahaan yang baik seharusnya dapat memenuhi
kewajibankewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu sesuai jatuh tempo dari
kewajibankewajiban perusahaan tersebut. Bila dilihat secara keseluruhan,
keputusan mengenai modal kerja dari waktu ke waktu akan selalu berbeda dan
memakan waktu yang cukup lama.
Manajemen modal dinilai sangat penting untuk berbagai
alasan. Hal ini dapat terlihat jelas pada perusahaan manufaktur. Aktiva lancar
memiliki porsi setengah bagian atau lebih dari total aktiva yang ada
diperusahaan (Van Horne dan Wachowiez, 2007). Hal ini mengidentifikasikan
perusahaan harus memberikan perhatian khusus dan serius pada pengelolaan aktiva
lancar ini. Sebuah perusahaan yang memiliki
aktiva lancar yang berlebihan dapat mengakibatkan perusahaan kurang
dapat mewujudkan pengembalian investasi yang baik. Akan tetapi juga sebuah
perusahaan memilki aktiva lancar yang terlalu sedikit mungkin dapat menimbulkan
kekurangan dan kesulitan dalam menjalankan dan menjaga operasional
perusahaannya.
Manajemen modal kerja yang efisien adalah jawaban untuk
permasalahanpermasalahan yang terjadi dalam mengelola aktiva lancar dan
kewajiban lancar pada perusahaan. Manajemen modal kerja akan melibatkan
perencanaan dan pengendalian pada aktiva lancar dan kewajiban lancar dalam
pengelolaan aktiva dan kewajiban lancar ini. Manajemen modal kerja berusaha
untuk menekan dan menghilangkan resiko yang muncul berupa ketidakmampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya disatu sisi dan di sisi
lain untuk menghindari perusahaan melakukan investasi yang berlebihan.
Manajemen modal kerja merupakan bagian yang sangat sensitif
bagi perusahaan. Manajemen modal kerja melibatkan komposisi dan berapa jumlah
aktiva lancar yang harus dimiliki perusahan dan juga bagaimana usaha-usaha
perusahaan untuk mendapatkan aktiva lancar ini. Manajemen harus dapat mengelola
aktiva lancar ini dengan sebaik-baiknya agar aktiva lancar ini dapat digunakan
dalam kegiatan operasi perusahaan dan menghasilkan laba. Pada saat dibutuhkan
aktiva ini juga dapat dikonversi segera menjadi uang tunai.
Setiap perusahaan memiliki dua tujuan utama yaitu yang
pertama perusahaan mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Kedua perusahaan mempunyai tujuan untuk menjaga likuiditasnya. Perusahaan harus
dapat memenuhi kedua tujuan tersebut secara seimbang.
Perusahaan harus bisa menjaga likuiditasnya dengan mengatur
kewajiban jangka pendeknya. Kewajiban lancar biasanya mencakup utang usaha,
wesel bayar, pinjaman bank jangka
pendek, utang pajak, beban yang masih harus dibayar dan bagian utang jangka
panjang (Bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun) (Subramarnyam dan
Wild, 2010). Perusahaan harus bisa mengatur kewajibankewajiban lancar tersebut
agar dapat menjaga likuiditas perusahaan. Perusahaan yang memiliki likuiditas
yang baik, sehingga diharapkan perusahaan dapat terhindar dari kebangkrutan
(Subramarnyam dan Wild, 2010).
Perusahaan mempunyai tujuan untuk memaksimalkan keuntungan.
Perusahaan dapat memaksimalkan keuntungannya dengan cara mengelola dengan
sebaik-baiknya aktiva lancar untuk mendukung operasi perusahaan. Biasanya
aktiva lancar ini mencakup kas, efek (surat berharga, sekuritas) yang jatuh
tempo dalam satu tahun fiscal ke depan, piutang, persediaan dan beban dibayar
dimuka (Subramarnyam dan Wild, 2010). Perusahaan harus bisa mengatur dengan
sebaik-baiknya aktiva lancar ini, sebab aktiva lancar ini akan digunakan untuk
operasi perusahaan. Bila operasi perusahaan dapat berjalan dengan baik, maka
diharapkan perusahaan dapat menghasilkan dan meningkatkan profitabilitasnya.
Penghasilan dan manfaat peningkatan profitabilitas perusahaan dapat digunakan
perusahaan untuk menjaga kelangsungan perusahaannya.
Perusahaan dalam mencapai dua tujuaan utama yaitu mencari
laba dan mempertahanakan hidup perusahaannya secara seimbang merupakan hal yang
sangat sulit. Perusahaan pasti menginginkan keuntungan yang maksimal sehingga
perusahaan dapat bertahan lama tetapi disisi lain perusahaan tidak mungkin
mengabaikan likuiditas perusahaan karena bila perusahaan mengabaikannya maka
perusahaan kemungkinan dapat mengalami kebangkrutan. Terlihat jelas pada bagian
ini bahwa keberadaan manajemen modal kerja itu penting. Manajemen modal kerja
bisa memberikan pertimbangan-pertimbangan yang tepat mengenai alternatifalternatif
yang akan digunakan perusahaan dan nantinya akan mempengaruhi
profitabilitas
perusahaan.
Perusahaan yang memiliki manajemen modal kerja yang efisien
dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva lancar dan
kewajiban lancar dengan lebih baik. Ketika perusahaan memiliki kemampuan
produksi yang tinggi, perusahan dapat menyediakan persediaan barang-barang jadi
yang siap untuk dijual dalam jumlah besar. Untuk menjual barang-barang jadi
ini, perusahaan dapat menerapkan kebijakan penjualan kredit. Hal ini memberikan
efek yang baik pada perusahaan maupun pada konsumennya. Kebijakan kredit bagi
perusahaan dapat merangsang pertumbuhan penjualan produknya. Bagi konsumen
kebijakan kredit dapat memberikan waktu pada mereka untuk menilai apakah
kualitas produk yang dibelinya sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh
konsumen.
Kebijakan kredit ini juga dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan saat membeli bahan baku dari pemasok. Keuntungan menunda pembayaran
adalah perusahaan dapat menilai bahan baku yang dibeli perusahaan. Kebijakan
kredit juga bisa memiliki keuntungan sebagai sumber pembiayaan yang murah dan
fleksibel bagi perusahaan. Akan tetapi menunda pembayaran juga memiliki efek
yang buruk karena bila ada diskon, penundaan pembayaran justru akan merugikan
perusahaan.
Di dalam modal kerja, perusahaan juga harus melakukan
manajemen terhadap piutang usaha. Manajemen harus dapat membuat
kebijakan-kebijakan mengenai penagihan piutang. Kebijakan-kebijakan tersebut
dapat membantu perusahaan dalam menagih piutangnya tepat pada waktunya (Van
Horne dan Wachowiez, 2007).
Manajer harus manganalisa mengenai apakah terjadi masalah
dalam penagihan. Perputaran piutang akan memberikan dampak pada profitabilitas
perusahaan. Dengan mengetahui waktu yang diperlukan perusahaan untuk
mengumpulkan piutangnya, perusahaan dapat mengetahui juga seberapa jauh
kebijakan perusahaan dapat mendukung secara efektif dalam pengumpulan piutang.
Jika sebuah perusahaan membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk mengumpulkan
piutang maka akan terjadi investasi berlebihan pada piutang dan ini akan
berdampak buruk bagi perusahaan karena ada kemungkinan bahwa piutang-piutang
yang tertagih itu sulit untuk direalisasi. Hal itu dapat menurunkan
profitabilitas.
Persediaan merupakan salah satu bagian dari modal kerja
(Subramarnyam dan Wild, 2010). Seringkali persediaan merupakan bagian aset
lancar yang memiliki kuantitas yang cukup besar dan membutuhkan perhatian
khusus. Sebagian besar perusahaan mempertahankan tingakat persediaan pada
tingkat tertentu. Hal ini terjadi karena perusahaan ingin memiliki persediaan
yang cukup agar penjualan perusahaan dapat terus berjalan. Jika persediaan
tidak cukup, maka dapat terjadi penurunan volume penjualan dibawah tingkat yang
dapat dicapai (Subramarnyam dan Wild, 2010). Manajemen mengelola persediaan
perusahaan dengan sebaik-baiknya sehingga kegiatan penjualan perusahaan dapat
berjalan dengan baik.
Investasi yang berlebihan pada persediaan mengakibatkan
perusahaan dihadapkan pada berbagai biaya-biaya seperti biaya penyimpanan,
biaya asuransi, biaya pajak, biaya keusangan dan kerusakan fisik pada
persediaan itu sendri (Subramarnyam dan Wild, 2010). Ketika biaya-biaya ini
memiliki porsi yang cukup besar maka biaya-biaya
ini akan mengurangi profitabilitas. Investasi berlebihan pada persediaan juga
mengindentifikasikan bahwa terjadi masalah dalam pengelolaan persediaan. Ada
kemungkinan bahwa produk-produk yang dimiliki perusahaan tidak laku terjual,
sehingga persediaan itu menumpuk. Tidak lakunya barang bisa mengidentifikasikan
bahwa kebijakan-kebijakan mengenai penjualan harus diperbaiki sehingga
persediaan dapat dijual oleh perusahaaan.
Manajemen juga harus mengelola dengan baik pembayaran
utangnya. Manajemen harus bisa menganalisa kapan harus membayar utang dan kapan
melakukan penundaan pembayaran utang. Penundaaan pembayaran pada saat
pembeliaan persediaan terjadi karena perusahaan ingin menilai dahulu apakah
barang-barang yang sudah dibeli sesuai dengan standar perusahaan. Penundaan
pembayaran utang juga bisa menjadi suatu pembiayaan yang murah bagi perusahaan
saat membeli bahan-bahan baku. Hal itu bila dilihat dari segi positif tapi dari
sisi lain bila kebijakan kredit itu terdapat potongan harga atau diskon maka
itu merupakan kerugiaan bagi perusahaan apabila melakukan penundaan pembayaran.
Selain diatas ada berbagai penyebab kenapa manajemen
melakukan penundaan pembayaran. Mulai dari kurangnya ketersediaan kas yang
digunakan untuk membayar tagihan. Kekurangan kas dapat disebabkan berbagai hal.
Bisa saja terjadi masalah dalam penagihan piutang, sehingga piutang yang
seharusnya ditagih dan dikonversi menjadi kas tidak bisa direalisasikan.
Penyebab lainnya adalah adanya persediaan barang-barang yang tidak laku dijual
sehingga akan mengurangi pendapatan yang masuk pada perusahaan baik penjualan
tunai maupun kredit.
Berdasarkan penelitian terdahulu (Raheman
and Nasr, 2007) menganalisis manajemen modal kerja didalam penelitian ini
digunakan beberapa variabel-variabel yaitu
Average Collection Period, Inventory Turnover In Days, Average Payment Period.
Untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan digunakan Current Ratio, untuk mengukur tingkat ukuran perusahaan menggunakan
Logarithm of Sales dan untuk mengukur
tingkat penggunaan utang menggunakan Debt
Ratio.
Dalam rangka menganalisis dan mengukur variabel-varaibel
tersebut terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur di Indonesia periode
2011 maka disusunlah penelitian dengan judul “Pengaruh .
No comments:
Post a Comment