Showing posts with label Pasar Saham. Show all posts
Showing posts with label Pasar Saham. Show all posts

Wednesday, February 22, 2012

Beta Untuk Pasar Modal Berkembang; Perdagangan Tidak Sinkron; dan Koreksi Terhadap Bias


Beta Untuk Pasar Modal Berkembang
Beta untuk pasar modal yang berkembang perlu disesuaikan. Alasannya adalah Beta yang belum disesuaikan masih merupakan Beta yang bias disebabkan oleh perdagangan yang tidak sinkron (non-synchronous trading). Perdagangan tidak sinkron ini terjadi di pasar yang transaksi perdagangannya jarang terjadi atau disebut dengan pasar yang tipis (thin market). Pasar yang tipis merupakan ciri dari pasar modal yang sedang berkembang. Dan karena Bursa Efek Jakarta (BEJ) merupakan pasar modal yang sedang berkembang, maka terjadi perdagangan yang tidak sinkron berakibat Beta bias sehingga perlu dikoreksi. Oleh karena itu Beta koreksi adalah salah satu cara mengkoreksi Beta yang bias yang terjadi dipasar yang sedang berkembang.
Perdagangan Tidak Sinkron
Beta sebagai pengukur volatilitas mengukur kovarian return suatu sekuritas dengan return pasar relatip terhadap risiko pasar. Kovarian dalam perhitungan Beta ini menunjukkan hubungan return suatu sekuritas dengan return pasar pada periode yang sama, yaitu periode ke-t. Perhitungan Beta akan menjadi bias jika kedua periode tersebut tidak sinkron, yaitu periode return pasar adalah periode ke-t dan periode return sekuritas bukan periode ke-t, misalnya periode ke t-1 atau t-2 dan setarusnya. Periode ke-t dapat berupa harian (untuk menghitung Beta harian), mingguan (untuk menghitung Beta mingguan) atau bulanan (untuk menghitung Beta bulanan). Ketidak-samaan waktu antara return sekuritas dengan return pasar dalam perhitungan Beta disebabkan karena perdagangan sekuritas – sekuritasnya yang tidak sinkron (non-synchronous trading). Perdagangan tidak sinkron terjadi karena beberapa sekuritas tidak mengalami perdagangan untuk beberapa waktu. Akibatnya untuk sekuritas ini, harga – harganya pada periode ke-t sebenarnya merupakan harga – harga sebelumnya yang merupakan harga- harga terakhir kalinya diperdagangkan, bukan harga-harga hasil perdagangan pada periode ke-t. Sebagai misalnya adalah harga sekuruitas ‘A’ terakhir kali di perdagangkan adalah pada tanggal 27 bulan ini dan tidak diperdagangkan lagi sampai akhir bulan tanggal 31 pada waktu menghitung Beta menggunakan data akhir bulan untuk sekuritas ‘A’, terjadi ketidak-sinkronan, yaitu harga ‘A’ hasil dari transaksi tanggal 27 dihubungkan dengan harga indeks pasar pada tanggal 31. Ketidak-sinkronannya, juga terjadi dalam perhitungan Beta untuk sekuritas lainya, yaitu harga sekuritas ini pada tanggal 31 dihubungkan dengan harga indeks pasar walaupun pada tanggal 31 yang sama, tetapi dibentuk dari harga sekuritas yang bukan pada tanggal 31. Bias ini akan semakin besar dengan semakin banyaknya sekuritas - sekuritas yang tidak aktif diperdagangkan, sehingga harga indeks pasar pada periode tertentu sebenarnya dibentuk dari harga-harga sekuritas periode sebelumnya.
Perdagangan tidak sinkron juga sering terjadi dalam satu hari perdagangan. Perdagangan sinkron terjadi jika beberapa sekuritas hanya diperdagangkan pada pagi hari saja yang harganya kemudian dibawa sampai pasar ditutup yang kemudian harga ersebut digunakan untuk menghitung indeks pasar pada pagi hari itu. Bias ini terjadi karena anggapannya indeks pasar dihitung dari harga-harga sekuritas yang diperdagangkan sampai detik terakhir pasar ditutup pada hari itu. Karena masalah perdagangan tidak sinkron disebabkan oleh masalah periode waktu, maka masalah ini juga disebut dengan periodicity problem dan intervalling problem.

Koreksi Terhadap Bias
Metode yang dapat digunakan untuk mengkoreksi Bias yang terjadi untuk Beta Sekuritas akibat perdagangan tidak sinkron. Yang diantaranya adalah yang diusulkan oleh Fowler dan Rorke (1983).
Metode Fowler dan Rorke
Metode Dimson memang merupakan metode yang sederhana. Metode ini sederhana, karena (1) hanya menggunakan sebuah pengoperasian regresi berganda saja dan (2) Beta yang dikoreksi didapatkan dengan hanya menjumlahkan koefisien – koefisien yang diperoleh dari regresi berganda tersebut. Fowler dan Rorke (1983) beragumentasi bahwa metode Dimson yang hanya menjumlahkan koefisien – koefisien regresi berganda tanpa memberi bobot akan tetap memberikan Beta yang bias. Untuk satu periode lead dan satu lag.
Koreksi Beta yang menggunakan banyak periode lag dan lead bukannya mengurangi bias yang terjadi, tetapi sebaliknya meningkatkan bias yang terjadi. Hal ini disebabkan karena frekwensi ketidak sinkronan relatif jarang terjadi. Jika perdagangan sudah sinkron, maka koreksi dengan lag dan lead bukannya mengurangi sinkron yang terjadi, tetapi sebaliknya akan membuat 17
tidak sinkron. Koreksi dengan banyak periode lag dan lead akan memberikan hasil yang baik untuk kasus – kasus yang frekwensi tidak sinkronnya tinggi, yaitu untuk kasus – ksus pasar modal yang sebagian basar sahamnya sering tidak aktif dalam waktu yang lama.
Cara lain untuk mengkoreksi bias yang terjadi akibat perdagangan tidak sinkron yaitu dengan cara membuang observasi sampel yang menyebabkan terjadinya bias. Perdagangan tidak sinkron ini terjadi karena beberapa saham tidak aktif diperdagangkan. Dengan demikian, cara koreksi ini dilakukan dengan membuang observasi yang menunjukkan perdagangan tidak aktif. Dengan membuang observasi ini, maka sampel yang digunakan hanya mengandung perdagangan yang sinkron.  

Faktor Yang Mempengaruhi Pasar Saham


Beta Pasar
Beta Pasar dapat diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari pasar selama periode tertentu.
Beta Akuntansi
Beta Akuntansi data yang digunakan misalnya laba akuntansi (accounting earning) dapat juga digunakan untuk mengestimasi Beta. Beta akuntansi ini dapat dihitung secara sama dengan Beta pasar (yang menggunakan data return), yaitu dengan mengganti data return dengan data laba akuntansi.
Beta fundamental
Beaver, Kettler dan Scholes (1970) mengembangkan paper Ball dan Brown menyajikan perhitungan Beta menggunakan beberapa variabel fundamental. Variabel - variabel yang dipilih oleh mereka merupakan variabel-variabel yang dianggap berhubungan dengan risiko, karena beta merupakan pengukur dari risiko. Beaver, Kettler dan Scholes menggunakan 7 macam variabel yang merupakan variabel-variabel fundamental. Sebagian besar dari variabael - variabel tersebut adalah variabel akuntansi. Walaupun variabel-variabel tersebut secara umum dianggap bervariasi dengan risiko, tetapi secara teori mungkin tidak semuanya berhubungan dengan resiko. Ketujuh variabel - variabel yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Dividen Payout.
Dividen Payout diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Lintner (1956) memberikan alasan rasional bahwa perusahan - perusahan enggan menurunkan dividen. Jika perusahan memotong deviden, maka dianggap perusahaan membutuhkan dana. Oleh karena itu perusahaan yang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout lebih kecil supaya nanti tidak memotong deviden jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan yang berisiko tinggi, probalitas untuk mengalami laba yang menurun adalah tinggi. Dari hasil pemikiran ini, maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang negatif antara risiko dan dividend payout, yaitu risiko tinggi, dividend payout rendah. Karena beta merupakan pengukur risiko, maka dapat juga dinyatakan bahwa beta dan Dividend payout mempunyai hubungan yang negatif.
Alasan lain yang menyatakan hubungan negatif antara beta dengan dividend payout adalah bahwa pembayaran dividen dianggap lebih kecil dibandingkan dengan capital gain (Elton dan Gruber, 1994). Dengan demikian perusahaan yang membayar rasio dividen yang tinggi akan mempuyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan yang menahannya dalam bentuk laba yang ditahan. Argumentasi ini sebenarnya didasarkan oleh bird in the hand theory oleh Lintner (1962), Gordon (1963) dan Bhattacharya (1979). Teori ini menjelaskan bahwa investor menyukai dividen yang tinggi karena dividen yang diterima seperti burung ditangan yang risikonya lebih kecil dibandingkan dengan dividen yang tidak dibagikan.
2. Asset Growth.
Variabel pertumbuhan aktiva (asset growth) didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan positif dengan beta.
3. Leverage.
Leverage didefinisikan sebagai nilai buku hutang jangka panjang total dibagi dengan aktiva total. Leverage diprediksi mempunyai hubungan positif dengan beta. Bowman (1980) menggunakan nilai pasar untuk hutang total dalam menghitung leverage dan mendapatkan hasil yang tidak berbeda jika digunakan nilai buku.
4. Liquidity.
Likuiditas (liquidity) diukur sebagai current ratio yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar. Likuiditas diprediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan beta, yaitu secara rasional diketahui bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil risikonya.
5. Asset Size.
Variabel ukuran aktiva (asset size) diukur sebagai logaritma dari aktiva total. Variabel ini dipediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan beta. Ukuran aktiva dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya perusahaan. Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Alasannya adalah karena perusahaan besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal, sehingga dianggap mempunyai beta yang lebih kecil (Elton dan Gruber, 1994).
Anggapan ini merupakan anggapan yang umum tidak didasarkan pada teori. Bagaimana juga Watts dan Zimmerman (1978) mencoba membuktikan hipotesis tentang hubungan ini untuk membentuk teori yang disebut dengan teori akuntasi positif (positive theory). Perusahaan yang besar merupakan subyek dari tekanan politik. Perusahaan besar yang melaporkan laba berlebihan menarik perhatian politikus dan akan diinvestigasi karena dicurigai melakukan monopoli (Na’im dan Hartono, 1996; Hartono dan Na’im, 1997). Watts dan Zimmerman selanjutnya menghipotesiskan bahwa perusahaan besar cenderung menginvestasikan dananya ke proyek yang mempunyai varian rendah dengan Beta yang rendah untuk menghindari laba yang berlebihan. Dengan menginvestigasikan ke proyek dengan Beta yang rendah akan menurunkan risiko dari perusahaan. Dengan demikian dihipotesiskan hubungan antara ukuran perusahaan dengan Beta adalah negatif.
6. Earning Variability.
Variabilitas laba (earning variability) diukur dengan nilai deviasi dari PER (price earning ratio) atau rasio P/E (harga saham dibagi dengan laba perusahaan). Variabilitas dari laba dianggap sebagai risiko perusahaan, sehingga hubungan antara variabel ini dengan Beta adalah positif.
7. Accounting Beta.
Beta akuntansi (accounting Beta) diperoleh dari koefisien regresi dengan variabel dependen perubahan laba akuntansi dan variabel independen adalah perubahan indek laba pasar untuk akuntansi portofolio pasar. Karena Beta akuntansi dan Beta pasar keduanya pengukur risiko yang sama, maka diprediksi keduanya mempunyai hubungan yang positif.