Didalam pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan tujuh
komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapannya.
“Ketujuh komponen utama itu adalah :
1.
Komponen konstruktivisme (Constructivism)
2.
Komponen menemukan (Inquiry)
3.
Komponen bertanya (Questioning)
4.
Komponen masyarkat belajar (Learning
Community)
5.
Komponen pemodelan (Modeling)
6.
Komponen refleksi (Reflection)
7.
Komponen penilaian yang
sebenarnya (Authentic Assessment)”.
(Nurhadi, Burhan Yasin, Agus Gerrad Senduk, 2004 : 31).
Adapun penerapannya komponen-komponen pembelajaran KBK ini dapat dijabarkan
sebagai berikut.
Ad.1 Menurut Faham
konstruktivisme manusai membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara
memberi arti pada pengetahuan sesuai dengan pengalamannya. Oleh karena itu
pengetahuan adalah merupakan konstruksi manusia dan secara konstan mengalami
pengalaman-pengalaman baru (rekaan bukan stabil). Oleh karena itu, pemahaman
yang diperoleh senantiasa bersifat tentatif dan tidak lengkap. Pemahaman akan
semakin mendalam dan kuat jika diuji dengan pengalaman-pengalaman baru.
Didalam pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berfikir
(filosofi) pembelajaran konstektual yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, pengetahuan bukan seperangkat fakta-fakta, konsep, atau
kaidah yang siap diambil dan diingat. Tetapi pengetahuan itu merupakan
konstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pengamalan nyata.
Dengan demikian pada pembelajaran ini siswa harus
dibiasakan untuk memecahkan masalah, merumuskan sesuatu yang berguna untuk
dirinya dan menemukan ide-ide.
Hal ini bisa disimpulkan bahwa dalam paham
konstruktivisme berpandangan bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan
suatu informasi yang komplek ke situasi lain, dan bila dikehendaki informasi
tersebut menjadi milik mereka sendiri. Sehingga tugas guru adalah menfasilitasi
proses pembelajaran dengan cara :
-
Menjadikan pengetahuan bermakna
dan relevan bagi siswa.
-
Memberi kesempatan para siswa
untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
-
Menyadarkan para siswa agar
menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Menurut Jean Pinget yang dikutip oleh Nurhadi, Burhan Yasin dan Agus
Gerrad Senduk, konsep belajar kontruktivisme ada 4 konsep, yaitu :
c.
Skemata, yaitu belajar itu pada
hakekatnya memperluas skemata (unsur kognitif) yang selalu berkembang dan
berubah.
d.
Asimilasi, yaitu belajar
merupakan perluasan skemata melalui proses asimilasi, asimilasi merupakan
proses kognitif jika terjadi secara kontinyu akan membentuk intelektual anak.
e.
Akomodasi, yaitu belajar merupakan
proses struktur kognetif yang berlangsung sesuai dengan pengalaman baru.
f.
Keseimbangan, yaitu dengan
belajar akan tumbuh suatu keseimbangan dengan pola-pola penalaran yang lebih
mantap, namun pada keadaan yang tidak sama akan lebih berkembang dari pada
semula. Keseimbangan tersebut akan terjadi pada setiap saat (setiap fase
perkembangan manusia).
(Nurhadi, Burhan Yasin, Agus Gerrad Sunduk, 2004 : 36-38).
Ad.2. Menemukan (inquiry)
merupakan suatu kegiatan dari siklus mengamati, bertanya, menganalisa dan
merumuskan teori baik perorangan maupun kelompok.
Dalam kegiatannya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Merumuskan masalah, yang bisa
diterapkan dalam berbagai mata pelajaran.
2.
Mengumpulkan data melalui
observasi, dengan cara mencari sumber pengetahuan (membaca buku atau mengamati
sesuatu) untuk mendapatkan informasi pendukung atau mengamati dan mengumpulkan
data dari sumber/obyek yang diamati.
3.
Menganalisa dan menyajikan
hasil dalam tulisan, gambar, tabel, laporan atau dengan karya lainnya.
4.
Mengkomunikasikan atau
menyajikan hasil karya pada pembaca atau audiens lainnya, dengan maksud untuk
mendapatkan masukan, tanya jawab, ide baru, maupun refleksi lainnya.
Maka siklus inquiry dapat disimpulan :
-
Observasi (Observation)
-
Bertanya (Questioning)
-
Mengajukan dugaan (Hypothesis)
-
Pengumpulan data (Data
Gathering)
-
Penyimpulan (Conclusion)
Ad.3. Bertanya (Questioning)
merupakan salah satu induk dalam strategi yang mendorong siswa untuk mengetahui
sesuatu dan memperoleh informasi sehingga melatih siswa untuk berfikir kritis.
Untuk mendorong para siswa secara aktif dapat menganalisa dan
mengeksplorasi gagasan-gagasan, pertanyaan-pertanyaan spontan yang diajukan
siswa dapat dijadikan rangsangan siswa untuk berfikir, berdiskusi dan
berspekulasi.
Guru dapat menggunakan tehnik bertanya dengan cara meransang siswa
agar mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Dalam kaitan ini sebagaimana yang dikutip oleh sadker dan sadker
sebagai berikut :
“Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna
untuk :
1)
Menggali informasi, baik
administrasi maupun akademis
2)
Mengecek pemahaman siswa
3)
Memecahkan persoalan yang
dihadapi
4)
Membangkitkan respon kepada
siswa
5)
Mengetahui sejauh mana
keinginan siswa
6)
Mengetahui hal-hal yang sudah
diketahui siswa
7)
Menfokuskan perhatian siswa
pada sessuatu yang dikehandaki guru
8)
Untuk membangkitkan labih
banyak lagi pertanyaan dari siswa
9)
Untuk menyegarkan kembali
pengetahuan siswa.”
(Nurhadi, Burhan Yasin, Agus Gerrad Senduk, 2004 : 46).
Aktivitas bertanya juga akan terjadi ketika siswa berdiskusi bekerja
dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan tersebut akan mendorong/ menumbuhkan dorongan untuk bertanya.
Ad.4. Belajar dalam kelompok
tetap lebih baik hasilnya dari pada belajar sendiri, karena hasil pembelajaran
dapat diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
Dalam kelompok belajar tercipta siswa yang pandai mengajari atau
memberitahu pada siswa yang belum tahu. Hal seperti ini dalam KBK disebut
masyarakat belajar (learning community), yang dalam komunikasi
ini akan tercipta proses pembelajaran dua arah yaitu anggota kelompok terlibat
dalam komunikasi pembelajaran saling bertanya (memberi informasi yang
diperlukan orang lain dan meminta informasi pada orang lain tentang apa-apa
yang diperlukan).
Methode masyarakat belajar (learning community) dalam
prakteknya pembelajaran akan terwujud :
-
Bekerja dalam pasangan;
-
Pembentukan kelompok kecil;
-
Pembentukan kelompok besar;
-
Mendatangkan ahli ke kelas
(dokter, perawat, petani, tukang kayu dan sebagainya);
-
Bekerja dengan kelas sederajat;
-
Bekerja kelompok dengan kelas
diatasnya;
-
Bekerja dengan sekolah
diatasnya; dan
-
Bekerja dengan masyarakat.
Ad.5 Yang dimaksud dengan
komponen pemodelan (modeling) dalam pembelajaran KBK adalah dalam
pembelajaran ketrampilan atau pengetahun tertentu ada model yang dapat ditiru.
Pemodel yang dimaksud sesuatu perbuatan maupun gagasan yang dipikirkan,
didemonstrasikan atau bahkan mengucapkan suatu lafal siswa menirukan atau
melaksanakan apa yang dicontohkan oleh guru.
Misalnya : - Guru
memberi model terhadap para siswa tentang “bagaiman cara belajar” kemudian para
siswa mengikuti model cara belajar tersebut.
- Guru
Biologi mendemonstrasikan penggunaan thermo meter suhu badan siswa
menirukannya.
- Guru
PPKN mendatangkan seorang veteran kemerdekaan dikelas, lalu siswa disuruh tanya
jawab dengan tokoh tersebut.
Namun dalam pembelajaran KBK guru atau tokoh bukan satu-satunya
model, tapi siswa juga bisa dijadikan model, dengan cara siswa ditunjuk untuk
memberikan contoh sesuatu tugas atau mendemonstrasikannya.
Dan dalam suatu contoh tersebut bukan harus ditiru secara persis,
tetapi menjadi suatu upaya dalam acuan untuk pencapaian kompetensi siswa.
Ad.6. Refleksi juga merupakan
pendekatan pembelajaran KBK
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berfikir kebelakang tantang apa-apa yang telah dilakukan dimasa
yang lalu. Refleksi terhadap ilmu pengetahuan dengan mengendap apa yang baru
dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru yang merupakan pengayaan atau
revisi dari pengetahuan sebelumnya, sehingga refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.
Siswa memperoleh pengetahuan yang diperoleh dari
proses pembelajaran dengan bantuan bimbingan guru. Setiap mendapat pengetahuan
baru tersebut hasil refleksi tergantung pada masing-masing siswa dalam
mengendap apa yang diperolehnya.
Oleh karena itu guru perlu melaksanakan refleksi pada
setiap akhir program pengajaran. Yaitu setiap akhir pembelajaran guru
menyisakan waktu agar siswa melakukan refleksi, diantaranya berupa :
-
Pertanyaan langsung terhadap
apa-apa yang telah diperolehnya pada saat itu.
-
Mendiskusikan dengan teman
tentang pelajaran yang baru saja dipelajari.
-
Kesan dan saran siswa mengenai
pembelajaran pada saat itu.
Dengan upaya yang ditempuh demikian ini akan mengarahkan siswa
kepada pemahaman mereka tentang materi yang dipelajari.
Ad.7. Penerapan penilaian
didalam KBK menggunakan sistem penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
Adapun ciri-ciri penilaian yang sebenarnya itu adalah :
-
Harus mengukur semua aspek
pembelajaran (proses, kinerja dan produk).
-
Dilaksanakan selama dan sesudah
proses pembelajaran berlangsung.
-
Menggunakan berbagai cara dan
berbagai sumber.
-
Tes sebagai salah satu alat
pengumpul data penilaian.
-
Tugas-tugas yang diberikan
kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa secara nyata
setiap hari, siswa dapat mencerminkan pengalaman atau kegiatan yang telah
mereka lakukan.
-
Penilaian menekankan pada
kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa, bukan keluasannya.
Sebagaimana ciri-ciri penilaian tersebut diatas, maka
penilaian yang sebenarnya menilai apa yang seharusnya dinilai, yaitu menilai
kemampuan siswa dengan berbagai cara bukan hanya hasil ulangan/tes tulis saja.
Yakni mengutamakan penilaian kualitas hasil kerja
dalam menyelesaikan setiap tugas.
No comments:
Post a Comment