Struktur kepemilikan saham merupakan suatu daftar yang
Menunjukan besarnya tingkat presentase kepemilikan yang berbeda dari para
investor pada suatu perusahaan dimana para pemegang saham tersebut memiliki hak
yang pantas dipertimbangkan dalam literature perusahaan. Suatu perusahaan dapat
dimiliki oleh berbagai pihak mulai individu maupun secara kolektif dengan
presentase kepemilikan yang berbeda-beda (John While, 2001:252-254).
Perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas modalnya
berupa saham dan merupakan perusahaan surat
berharga. Adapun beberapa karakteristik yuridis kepemilikan saham suatu
perusahaan (Tjiptono Darmadji, 2001:5-6) antara lain pertama, Limited risk,
artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai jumlah yang disetorkan ke
dalam perusahaan. Kedua, Ultimate control, artinya pemegang saham (secara
kolektif) akan menentukan arah dan tujuan perusahaan. Ketiga, Residual claim,
artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir yang mendapat pembagian hasil
usaha perusahaan (dalam bentuk deviden) dan sisa asset dalam proses likuidasi
perusahaan. Pemegang saham memiliki posisi yunior disbanding pemegang obligasi
atau kreditor.
Dalam kepemilikan saham terdapat beberapa hal baik
yang akan diperoleh (Yusuf Anwar, 2005:32), misalnya oleh karena memiliki
saham, peluang memperoleh hasil cukup besar karena sebagai sekuritas,
penyertaan berhak berperan serta dalam laba residual perusahaan. Selain itu,
dengan memiliki saham dimana penghasilan berjalan diperoleh dari pembayaran
deviden, iklim investasi yang tidak menentu membuat investor meningkatkan
pembagian deviden. Kemudian, jika berinvestasi pada saham akan lebih mudah
dicairkan dan mudah diperjualbelikan dengan biaya transaksi yang cukup rendah
dan ini pun terjangkau oleh penabung dan investor individual. Harga pasarnya
pun umumnya mencerminkan laba potensial perusahaan, maka semakin besar laba
semakin besar kenaikan harga saham.
Selain memiliki beberapa hal baik dalam kepemilikan
saham juga terdapat hal-hal yang kurang baik/kurang menguntungkan. Misalnya,
oleh karena risiko yang cukup tinggi termasuk bisnis financial serta risiko
daya beli pasar, hal ini semua dapat berpengaruh negative terhadap hasil dan
deviden (Yusuf Anwar, 2005:33). Selain itu, karena factor sulitnya menilai saham dan memilih saham yang
berprestasi., hal ini akan mempengaruhi perkiraan dan harapan tentang arah dari
harga saham di masa depan. Penghasilan berjalan dari saham pun relative rendah
dibandingkan dengan bunga obligasi.
No comments:
Post a Comment