Apabila
kita menggunakan database seperti ABI Inform atau Proquest untuk mencari
artikel yang mengandung kata kunci ‘service”, maka akan muncul ratusan
ribu entri. Disatu sisi hal ini menggambarkan dinamika dan signifikasi peran service,
khususnya dalam beberapa dekade terakhir. Disisi lain, apabila kita telusuri
satu persatu entri bersangkutan, definisi service yang diacu pada masing-masing
artikel bisa berbeda-beda. (Tjiptono,2011).
Dalam
bahasa Indonesia saja, sevice bisa diterjemahkan sebagai jasa, layanan
dan servis; tergantung pada konteksnya. Keanekaragaman makna dalam hal
pemakaian istilah service juga ijumpai dalam lietartur manajemen.
Kendati demikian secara garis besar konsep “service” mengacu pada tiga
lingkup definisi utama: industry, output atau penawaran dan proses(John dalam
Tjiptono, 2011). Dalam konteks industri, istilah jasa digunakan untuk
menggambarkan berbagai sub – sector dalam kategorisasi aktivitas ekonomi. Dalam
lingkup penawaran, jasa dipandang sebagai produk intangible yang outputnya
lebih berupa aktivitas ketimbang oyek fisik, meskipun dalam kenyataannya banyak
pula jasa yang melibatkan produk fisik. Sebagai proses jasa mencerminkan penyampaian
jasa inti, interaksi personal, kinerja (performances) dalam arti luas
serta pengalaman layanan.
Lebih
lanjut, Johns(1999) dalam Tjiptono (2011) menegaskan bahwa terdapat perbedaan
signifikan antara perspektif penyedia jasa dan perspektif pelanggan terhadap konsep
service. Berdasarkan perspektof penyedia jasa, proses jasa mencakup
elemenelemen penyampaian inti dan kinerja interpersonal. Elemen-elemen ini
berbeda antara industry dan proses jasa, serta harus dikelola dengan cara-cara
yang berlainan pula. Sementara itu berdasarkan perspektif pelanggan, jasa lebih
dilihat sebagai pengalaman berupa transaksi inti dan pengalaman personal, yang
proporsinya berbeda-beda antar output jasa dan services encounters serta
berkontribusi secara berbeda terhadap pengalaman masing-masing individu
pelanggan. Dengan kata lain, penyedia jasa memandang jasa dari kacamata proses
yang terkait dengan operasi jasa, sedangkan pelangan lebih mempersepsikan jasa
sebagai fenomena atau bagian dari pengalaman hidup.
Jasa
bukan saja hadir sebagai produk utama, namun juga dalam wujud layanan pelengkap
dalam pembelian produk fisik. Kini setiap konsumen tidak lagi sekedar sebuah produk
fisik, tetapi juga segala aspek jasa / layanan yang melekat pada produk
tersebut, mulai dari tahap pra – pembelian hingga purnabeli. (Tjiptono, 2011).
Dalam bab ini akan dibahas konsep jasa yang akan dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu definisi jasa, karakter jasa, dan klasifikasi jasa.
No comments:
Post a Comment