Model
kualitas layanan yang paling popular dan hingga kini banyak dijadikan acuan
dalam riset manajemen dan pemasaran jasa adalah model SERVQUAL (singkatan dari service
quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985, 1988,
1990, 1993, 1994) dalam serangkaian penelitian mereka terhadap enam sektor
jasa; reparasi peralatan rumah tangga, kartu kredit, asuransi, sambungan
telepon jarak jauh, perbankan ritel, dan pialang sekuritas (Tjiptono,2011).
Dalam serangkaian penelitian mereka terhadap sektor-sektor jasa, model ini juga
dikenal dengan istilah gap analysis model. Model ini berkaitan erat
dengan model kepuasan pelanggan yang sebagian besar didasarkan pada pendekatan
diskonfirmasi. (Oliver,1997) dalam Tjiptono,2011.
Dalam
pendekatan ini ditegaskan bahwa bila kinerja pada suatu atribut (attribute performance)
meningkat lebih besar dari pada harapan (expectations) atau atribut yang
bersangkutan, maka kepuasan dan kualitas jasa pun akan meningkat, begitu pula sebaliknya
(Tjiptono,2005). Menurut Parasuraman, et al. (1988) terkait dengan model SERVQUAL,
kualitas jasa didefinisikan sebagai penilaian atau sikap global berkenaan dengan
superioritas suatu jasa.
Model
Servqual banyak diterapkan diberbagai perusahaan dan konteks industry.Popularitas
instrument survey Servqual dikarenakan sejumlah keunggulan. Pertama,
instrument Servqual telah berkembang menjadi semacam standar untuk
penilaian atas berbagai dimensi kualitas layanan. Coba saja ketik “service
quality” di Google search atau ABI/INFORM, bisa dipastikan akan muncul
artikel – artikel atau buku – buku yang menyinggung
atau mengulas model Servqual . Kedua , berbagai riset telah
menunjukkan bahwa instrument Servqual sahih (valid) untuk
berbagai konteks layanan. Ketiga, riset juga mengindikasikan bahwa
kuesioner Servqual andal (reliable), artinya pertanyaan – pertanyaannya
dapat diinterpretasikan secara sama oleh responden berbeda. Keempat, instrument
Servqual memenuhi criteria parsimony, karena hanya terdiri dari 22 item,
sehingga bisa diisi dengan cepat oleh responden. Kelima , instrument Servqual
memiliki prosedur analisis baku yang memudahkan interpretasi
hasil.(Tjiptono,2011).
Masih
dalam Tjiptono, 2011 disebutkan bahwa kolaborasi antara tiga pakar terkemuka
kualitas layana, A. Parasuraman, Valarie A. Zeithaml, dan Leonard L. Berry dimulai
pada tahun 1983. Reputasi dan kontribusi ketiga pakar ini dimulai dari paper konseptual
mereka berjudul” A Conceptual Model of Service Quality and Its Implications for
future Research” yang dipublikasikan di Journal of Marketing . Dalam
paper tersebut, mereka memaparkan secara rinci lima gap kualitas layanan yang
berpotensi menjadi sumber masalah kualitas layanan.
Definisi
pada tiga landasan konseptual utama, yakni Kualitas jasa lebih sukar dievaluasi
konsumen dari pada kualitas barang. Persepsi terhadap kualitas jasa merupakan hasil
dari perbandingan antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual jasa. Evaluasi
kualitas tidak hanya dilakukan atas hasil jasa, namun juga mencakup evaluasi
terhadap proses penyampaian jasa. Dalam penelitiannya, Parasuraman, et al.,
(1994) dalam Nasution (2004) mengidentifikasikan lima kesenjangan (gap) yang
menyebabkan kegagalan penyampaian jasa. Lima gap utama tersebut adalah:
1. Gap
antara harapan pelanggan dan persepsi manajemen (knowledge gap) Gap ini
berarti bahwa pihak manajemen mempersepsikan ekspektasi pelanggan erhadap
kualitas jasa secara tidak akurat. Akibatnya manajemen tidak mengetahui bagaimana
suatu jasa seharusnya didesain dan jasa-jasa pendukung sekunder apa saja yang
diinginkan konsumen.
2. Gap
antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi
kualitas jasa (standards gap). Gap ini berarti bahwa spesifikasi
kualitas jasa tidak konsisten dengan persepsi manajemen terhadap ekspektasi
kualitas. Kadangkala manajemen mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan
pelanggan, tetapi mereka tidak menyusun suatu standard kinerja tertentu yang
jelas. Hal ini dikarenakan tiga faktor, yaitu : tidak adanya omitmen total
manajemen terhadap kualitas jasa, kekurangan sumberdaya, adanya kelebihan
permintaan.
3. Gap
antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa (delivery gap) Gap
ini berarti bahwa spesifikasi kualitas tidak terpenuhi oleh kinerja dalam
proses produksi dan penyampaian jasa.
4. Gap
antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal (communications gap) Gap
ini berarti janji-janji yang disampaikan melalui aktivitas komunikasi
pemasarantidak konsis en dengan jasa yang disampaikan kepada para pelanggan. Kecenderunganuntuk
melakukan over promise dan under deliver.
5. Gap
antara jasa yang dipersepsikan dan jasa yang diharapkan (service gap)Gap
ini berarti bahwa jasa yang dipersepsikan tidak konsisten dengan jasa yang diharapkan.
Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja atau prestasi perusahaan
berdasarkan kriteria yang berbeda, atau bisa juga mereka keliru menginterpretasikan
kualitas jasa yang bersangkutan.
Berikut
ini merupakan diagram yang menampilkan keterkaitan antara kelima gap utama
dalam
1. Menghilangkan
gap 1, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:
a) Memberikan
kesempatan kepada para pelanggan untuk menyampaikan ketidakpuasan mereka kepada
perusahaan.
b) Mencari
tahu keinginan dan harapan para pelanggan perusahaan-perusahaan sejenis.
c) Mencari
tahu keinginan dan harapan para pelanggan melalui para perantara penjualan (intermediaries).
d) Melakukan
penelitian yang mendalam terhadap pelanggan-pelanggan penting.
e) Membentuk
suatu panel pelanggan.
f) Menanyakan
kepuasan segera setelah bertransaksi dengan perusahaan.
g) Melakukan
studi komprehensif mengenai harapan pelanggan.
h) Menindaklanjuti
temuan riset pemasaran seefektif mungkin.
i)
Mempertinggi interaksi antara perusahaan dan para pelanggan.
j)
Memperbaiki kualitas komunikasi antara sumber daya manusia di
dalam perusahaan.
k) Mengurangi
birokrasi perusahaan.
2. Menghilangkan
gap 2, langkah-langkah yang dapat dilakukan:
a) Memperbaiki
kualitas kepemimpinan perusahaan.
b) Mempertinggi
komitmen sumber daya manusia terhadap kualitas pelayanan.
c) Mendorong
sumber daya manusia untuk lebih inovatif dan responsif terhadap gagasan-gagasan
baru.
d) Standarisasi
pekerjaan-pekerjaan tertentu terutama yang rutin sifatnya.
e) Penetapan
tujuan yang ingin dicapai secara efektif (atas dasar keinginan dan harapan para
pelanggan).
3. Menghilangkan
gap 3, langkah-langkah yang dapat dilakukan:
a. Memperjelas
pembagian pekerjaan.
b. Meningkatkan
kesesuaian antara sumber daya manusia, teknologi, dan pekerjaan.
c. Mengukur
kinerja dan memberikan imbalan sesuai dengan kinerja.
d. Memberikan
kewenangan yang lebih besar kepada sumber daya manusia yang lebih”dekat” dengan
para pelanggan.
e. Membangun
kerjasama antara sumber daya manusia.
f. Memperlakukan
para pelanggan seperti bagian dari keluarga besar perusahaan.
4. Menghilangkan
gap 4, langkah-langkah yang dapat dilakukan:
a. Memperlancar
arus komunikasi antara unit promosi/ iklan dan unit operasi, antaraunit
penjualan dan unit operasi, dan antara unit personalia, pemasaran, dan operasi.
b. Memberikan
layanan yang konsisten disemua tingkatan perusahaan.
c. Memberikan
perhatian yang lebih besar pada aspek-aspek vital kualitas pelayanan.
d. Menjaga
agar pesan-pesan yang disampaikan secara eksternal tidak membentuk harapan para pelanggan yang melebihi
kemampuan perusahaan.
e. Mendorong
para pelanggan untuk menjadi pelanggan yang baik dan setia.
2.5.
Pengukuran SERVQUAL
Model
Service Quality didasarkan pada asumsi bahwa konsumen membandingkan kinerja
jasa pada atribut-atribut relevan dengan standar ideal/sempurna untuk
masingmasing atribut jasa. Penilaian kualitas jasa menggunakan model SERVQUAL
mencakup perhitungan perbedaan diantara nilai yang diberikan pada pelanggan
untuk setiap pasang pertanyaan berkaitan dengan harapan dan persepsi. Skor service
quality untuk setiap pasang pertanyaan bagi masing-masing pelanggan dapat
dihitung berdasarkan Persamaan sebagai berikut (Tjiptono, 2005):
Skor
SERVQUAL = Skor Persepsi – Skor Harapan ………………….……. (2.1)
Pengukuran
hasil survei dapat dilakukan dengan membandingkan antara rata-rata harapan
dengan persepsi dan tiap butir instrumen. Dengan demikian akan didapatkan gap
kesenjangan, yaitu selisih kenyataan dan harapan. Hasil > -1 (ex: -0,40)
berarti baik; dan hasil < -1 (ex: -1,20) berarti kurang baik. Pada
prinsipnya data yang diperoleh melalui instrumen SERVQUAL dapat
dipergunakan untuk menghitung skor gap kualitas jasa pada level secara
rinci:
a. Item-by-item
analysis, misal P1 – H1, P2 – H2, dan seterusnya.
b. Dimensi-by-dimension
analysis, contoh: (P1 + P2 + P3 + P4 / 4) – (H1 + H2 + H3 + H4 /4) dimana
P1 sampai P4 dan H1 sampai H4 mencerminkan 4 pernyataan persepsi dan harapan
berkaitan dengan dimensi tertentu.
c. Perhitungan
ukuran tunggal kualitas jasa/gap SERVQUAL yaitu (P1 + P2 + P3…..+ P22
d. /
22) – ( H1 + H2 + H3 +…..+ H22 / 22)
No comments:
Post a Comment