Tuesday, June 14, 2016

Zat Pengatur Tumbuh dan Pengaruhnya terhadap Perakaran Stek

Zat pengatur tumbuh tanaman merupakan susunan organik, berbeda dengan nutrient, dimana hormon dihasilkan oleh tanaman dalam konsentrasi yang bisa mengatur proses fisiologi tanaman. Salah satu bahan sintetis yang mempengaruhi proses fisiologi tanaman adalah zat pengatur tumbuh. Hartmann dan Kester (1983) menyatakan bahwa hormon adalah pengatur pertumbuhan, tetapi tidak semua zat pengatur tumbuh adalah hormon. Menurut Heddy (1989) hormon adalah molekul-molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-reaksi metabolik penting. Molekul-molekul tersebut dibentuk di dalam organisme dengan proses metabolik dan tidak berfungsi dalam nutrisi.




Istilah zat mencakup hormon tumbuhan (alami) dan senyawa-senyawa buatan yang dapat mengubah tanaman dan perkembangan tumbuhan (Heddy, 1989). Departemen Kehutanan (1987) menyebutkan hormon tumbuh adalah zat organik yang dihasilkan oleh tanaman yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis. Berbagai uji coba yang dilakukan Departemen Kehutanan (1987), menunjukkan hasil bahwa penggunaan hormon tumbuh akar dapat mempertinggi persen tumbuh bibit di lapangan dan meningkatkan pertumbuhan sistem perakaran, tinggi dan diameter tanaman sehingga setelah bibit ditanam lebih mampu dan cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Menurut Zaerr dan Mapes (1982), beberapa hormon yang bisa digunakan dalam mengatur pertumbuhan tanaman adalah auksin, sitokinin dan gibberelin.

Departemen Kehutanan (1987) menyebutkan zat pengatur tumbuh adalah senyawa-senyawa organik selain nutrisi tanaman yang dalam jumlah sedikit dapat mendorong, menghambat atau mempengaruhi setiap proses fisiologi dalam tanaman. Salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah auksin. Auksin selain terdapat dalam tanaman, dapat juga dibuat secara sintetik dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk memacu pembentukan dan pertumbuhan akar. Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan adalah indolebutyric acid (IBA), indoleacetic acid (IAA) dan napthaleneacetic acid (NAA). IBA dan NAA lebih efektif daripada IAA, sebab keduanya lebih stabil digunakan dalam penyetekan. IBA dan NAA lebih stabil terhadap oksidase dan cahaya (Zaerr dan Mapes, 1982). Menurut Salisbury dan Ross (1992), NAA lebih efektif dari IAA karena NAA tidak dapat dirusak oleh IAA oksidase atau enzim lainnya, sehingga bertahan lebih lama. Sedangkan IBA lazim digunakan untuk memacu perakaran dibandingkan dengan NAA atau auksin lainnya. IBA bersifat aktif.  

No comments:

Post a Comment