Kaleng adalah
lembaran baja
yang disalut timah
(Sn) atau berupa wadah yang dibuat dari baja dan dilapisi timah putih tipis
dengan kadar tidak lebih dari 1,00-1,25% dari berat kaleng itu sendiri.
Terkadang lapisan ini dilapisi lagi oleh lapisan bukan metal yaitu untuk
mencegah reaksi dengan makanan ataupun minuman di dalamnya. Kelebihan menonjol
dari kemasan ini adalah bisa dilakukannya proses sterilisasi, sehingga makanan
yang disimpan di dalamnya menjadi steril, tidak mudah rusak, dan awet. Dan pengertian dari baja adalah logam alloy yang komponen
utamanya adalah besi
(Fe), dengan karbon
sebagai material pengalloy utama. Baja dengan peningkatan jumlah karbon dapat
memperkeras dan memperkuat besi, tetapi juga lebih rapuh. Definisi klasik,
baja adalah besi-karbon alloy dengan kadar karbon sampai 5,1 persen; ironisnya,
alloy dengan kadar karbon lebih tinggi dari ini dikenal dengan besi (Fe). Definisi yang lebih baru, baja
adalah alloy berdasar besi yang dapat dibentuk secara plastik (http://id.wikipedia.org/wiki/Baja).
Pada kaleng, daya ketahanan timah terhadap korosi juga tidak sempurna, akan
tetapi terhadap reaksi dengan makanan di dalamnya lebih lambat dibandingkan
dengan baja. Bagi orang awam, kaleng sering diartikan sebagai tempat penyimpanan atau wadah yang terbuat dari
logam
dan digunakan untuk mengemas makanan, minuman, atau produk lain. Dalam pengertian ini, kaleng juga
termasuk wadah yang terbuat dari aluminium
(Al). Kaleng timah (tin can) merupakan pengembangan dari penemuan Nicolas Francois Appert pada dasawarsa 1800-an.
Produk ini dipatenkan oleh seorang berkebangsaan Inggris,
Peter Durand pada 1810. Berkat penemuan produksi massal, pada akhir abad ke-19,
kaleng yang berbahan dasar timah (Sn) menjadi standar produk konsumen.
Produk-produk makanan maupun minuman yang biasanya mengalami proses pengalengan
ataupun menggunakan kaleng sebagai tempat (wadahnya) adalah produk-produk yang
disterilisasi dengan panas. Proses pembuatan kaleng dapat dilihat pada gambar 1
dibawah ini.
Gambar 1. Proses pembuatan kaleng (Desrosier, 1988)
Keterangan
:
(1)
Bakal badan kaleng ditakik,
(2) Dibuat
kait,
(3) Bakal badan kaleng dibentuk dengan
mempertemukan kait ujung satu dengan yang lain,
(4) Bakal badan kaleng berkait dipipihkan untuk membentuk keliling
samping,
(5) Bagian permukaan luar keliling dipatri,
dan
(6) Bagian badan kaleng dibengkuk keluar dengan bentuk khusus untuk
membuat bibir kaleng.
Dalam kemasan
kaleng, makanan dapat dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi dan tekanan
yang tinggi pula. Dengan demikian semua mikroba yang hidup bersama makanan
tersebut akan mati. Karena kaleng juga ditutup dengan sangat rapat, maka
mikroba baru tidak akan bisa masuk kembali ke dalamnya. Oleh karena itu makanan
kaleng dapat disimpan hingga dua tahun dalam keadaan baik, tidak busuk, dan
tidak beracun. Semua jenis makanan bisa dikemas didalam kaleng. Mulai dari
daging, susu, ikan, sayuran, buah-buahan dan makanan olahan seperti sosis,
bumbu nasi goreng hingga sayur lodeh. Kini kita bisa menyaksikan berbagai jenis
makanan yang dikemas di dalam kaleng ada di warung atau toko kelontong (pasar
tradisional) dan supermarket atau swalayan. Merknyapun bermacam-macam, baik
produksi dalam negeri maupun impor. Jadi, umur tempat jalannya reaksi panas
makanan selama penyimpanan ditentukan oleh daya tahan kaleng terhadap korosi.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi besarnya korosi pada kaleng
bagian dalam, diantaranya :
a. Tingginya sisa oksigen dalam makanan.
b.
Adanya akselator korosi, seperti Nitrat dan senyawa Sulfur lainnya.
c. pH makanan dalam kaleng
d.
Suhu dan lama penyimpanan
e. Jenis kaleng dan lapisan penahan korosi
Biasanya besarnya korosi di bagian luar akan lebih mudah
terkontrol, hal tersebut dikarenakan oleh :
a.
Komposisi air pendingin (mengandung klor, melarutkan garam, dsb).
b.
Ketipisan lapisan timah dan jenis kaleng yang digunakan.
Sedangkan untuk bagian dalam kaleng dihindarkan dari
terjadinya karat ataupun reaksi terhadap makanan di dalamnya terutama reaksi dengan
asam, yaitu dengan cara melapisinya dengan Enamel. Dan biasanya enamel yang
dipakai adalah campuran dari Oleoresin Seng Oksida (ZnO). Oleh karenanya logam
timah (Sn) dipilih sebagai bahan
dasar pembentuk kaleng karena relatif tidak beracun dan menambah daya tarik
kemasan karena berkilat dan tahan karat (http://id.wikipedia.org/wiki/Timah).
Saya pernah liat makanan yang menggunakan Kemasan Makanan dari kaleng. Entah kenapa saya lebih srek menggunakan kemasan yang dari bahan kertas dibandingkan dengan yang kaleng.
ReplyDelete