Showing posts with label Kimia. Show all posts
Showing posts with label Kimia. Show all posts

Wednesday, July 11, 2012

Karbon Aktif



Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan
pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi
kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung
karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang selain
digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben
(penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan
ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi
dengan aktif faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada
temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat
fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif.Arang aktif
merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang
mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk
mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan arang aktif berkisar
antara 300-3500 m2/gram dan ini berhubungan dengan struktur pori internal yang
menyebabkan arang aktif mempunyai sifat sebagai adsorben. Arang aktif dapat
mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya
selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya
serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat arang aktif (Meilita
dan Tuti, 2003).
Karbon aktif yaitu karbon dengan struktur amorphous atau mikrokristalin
yang dengan perlakuan khusus dapat memiliki luas permukaan dalam yang sangat
besar antara 300 - 2000 m2/gram. Pada dasarnya ada dua jenis karbon aktif yaitu
karbon aktif fasa cair yang dihasilkan dari material dengan berat jenis rendah,
seperti misalnya arang sekam padi dengan bentuk butiran rapuh dan mudah
hancur, mempunyai kadar abu yang tinggi berupa silika dan biasanya digunakan
untuk menghilangkan bau, rasa, warna dan kontaminan organik lainnya,

sedangkan karbon aktif fasa gas dihasilkan dari bahan dengan berat jenis tinggi
(Pohan dkk, www.dprin.go.id.htm).
Arang tempurung kelapa adalah produk yang diperoleh dari pembakaran
tidak sempurna terhadap tempurung kelapa. Sebagai bahan bakar, arang lebih
menguntungkan dibanding kayu bakar. Arang memberikan kalor pembakaran
yang lebih tinggi, dan asap yang lebih sedikit.
Arang aktif adalah arang yang diproses sedemikian rupa sehingga
mempunyai daya serap/adsorpsi yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk
larutan atau uap. Karbon aktif secara luas digunakan sebagai adsorben dan secara
umum mempunyai kapasitas yang besar untuk mengadsorpsi molekul organik.
Arang aktif atau karbon aktif adalah arang yang dapat menyerap anion,
kation dan molekul dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik, larutan
ataupun gas (Pri, 1996, dikutip munawar 2004). Karbon aktif terdiri dari berbagai
mineral yang dibedakan berdasarkan kemampuan adsorpsi (daya serap) dan
karakteristiknya. Sumber bahan baku dan proses yang berbeda akan menghasilkan
kualitas karbon aktif yang berbeda. Sumber bahan baku karbon aktif terdiri dari
kayu, ampas tebu, kulit buah, batok kelapa, batubara muda dan sisa bahan bakar
minyak (Reynold, 1982). Kemampuan arang aktif untuk menyerap diantaranya
disebabkan karena arang tersebut selain berpori juga permukaannya terbebas dari
deposit senyawa hidro karbon. Rongga atau pori arang aktif dibersihkan dari
senyawa lain atau kotoran sehingga permukaannya dan pusat arang aktif menjadi
luas atau daya adsorbsinya akan meningkat (Gusmailina dkk, 1994, dikutip
munawar, 2004).

Kualitas Air Hujan



Batas nilai rata-rata pH air hujan adalah 5,6 merupakan nilai yang
dianggap normal atau hujan alami seperti yang telah disepakati secara
internasional oleh badan dunia WMO ( World Meteorological Organization ).
Apabila pH air hujan lebih rendah dari 5,6 maka hujan bersifat asam, atau sering
disebut dengan hujan asam dan apabila pH air hujan lebih besar 5,6 maka hujan
bersifat basa. Dampak hujan yang bersifat asam dapat mengikis bangunan/gedung
atau bersifat korosif terhadap bahan bangunan, merusak kehidupan biota di danaudanau,
dan aliran sungai (Aryanti, 2004). Sifat hujan yang agak asam disebabkan
karena terlarutnya asam karbonat (H2CO3) yang terbentuk dari gas CO2 di dalam
air hujan. Asam karbonat itu bersifat asam yang lemah sehingga pH air hujan
tidak rendah, Apabila air hujan tercemar oleh asam yang kuat, pH air hujan turun
di bawah 5,6 hujan demikian disebut hujan asam.
Istilah hujan asam sebenarnya kurang tepat, yang tepat adalah deposisi
asam. Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah.
Deposisi kering adalah peristiwa terkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada di dalam udara. Ini dapat terjadi di daerah perkotaan karena pencemaran
udara dari lalu lintas yang berat dan di daerah yang langsung terkena udara yang
tercemar dari pabrik. Dapat pula terjadi perbukitan yang terkena angin membawa
yang mengandung asam. Deposisi kering biasanya terjadi di tempat dekat sumber
pencemaran.
Deposisi basah adalah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi
apabila asam di dalam udara larut di dalam butir-butir air di dalam awan. Jika
turun hujan dari awan itu, air hujan bersifat asam. Asam itu terhujankan atau
rainout. Deposisi basah dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang
mengandung asam sehingga asam itu larut ke dalam air hujan dan turun ke bumi.
Asam itu tercuci atau wash-out. Deposisi basah dapat terjadi di daerah yang jauh
dari sumber pencemaran (Soemarwoto, 1992).

Tinjuan Kepustakaan Teoritis Skripsi tentang Air Hujan



Air hujan adalah air yang menguap karena panas dan dengan proses
kondensasi (perubahan uap air menjadi tetes air yang sangat kecil) membentuk
tetes air yang lebih besar kemudian jatuh kembali ke permukan bumi. Pada waktu
berbentuk uap air terjadi proses transportasi (pengangkutan uap air oleh angin
menuju daerah tertentu yang akan terjadi hujan). Ketika proses transportasi
tersebut uap air tercampur dan melarutkan gas-gas oksigen, nitrogen,
karbondioksida, debu, dan senyawa lain. Karena itulah, air hujan juga
mengandung debu, bakteri, serta berbagai senyawa yang terdapat dalam udara.
Jadi kualitas air hujan juga banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya.
Air hujan diduga akan mengandung lebih banyak gas-gas daripada air
tanah, terutama kandungan CO2 dan O2. Air hujan biasanya tidak mengandung
garam-garam mineral, zat-zat racun, atau zat yang dapat mengandung kesehatan.
Karena itu hujan yang bersih dapat digunakan sebagai air minum apalagi untuk
keperluan mandi. Air hujan termasuk air lunak.
Air atmosfir dalam keadaan murni sangat bersih, tetapi sering terjadi
pengotoran karena industri, debu dan sebagainya. Oleh karena itu untuk
menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air
hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak
mengandung kotoran. Air hujan memiliki sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa
penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini mempercepat terjadinya
karatan (korosi) air hujan juga memiliki sifat lunak, sehingga boros terhadap
pemakaian sabun (Waluyo, 2005).
8
Untuk beberapa orang, rasa air hujan dianggap tidak enak atau terasa
hambar. Hal ini mungkin karena air hujan tidak banyak mengandung garamgaram
tetapi banyak mengandung gas.
Dibandingkan dengan air minum biasa, air hujan mempunyai sedikit
kelemahan yaitu kandungan garam-garam. Bila perlu ke dalam air hujan dapat
ditambahkan atau dibubuhi garam. Karena beberapa garam juga terdapat dalam
bahan makanan kita, sedang garam dapur selalu ditambahkan dalam persiapan
hidangan, maka dalam prakteknya bila dibubuhkan kapur saja sudah cukup. Kapur
yang dapat digunakan adalah kapur-kapur yang banyak didapat di pedagangpedagang
bahan bangunan. Sebelum digunakan kapur disaring sehingga baik
batu/kerikil serta kotoran lain dapat dipisahkan. Jumlah kapur yang ditambahkan
adalah 25-100 mg/liter (Hadi, 1973 dalam Winarno,1996). Bila penambahan
terlalu banyak rasa air akan menjadi pahit.

Tuesday, July 3, 2012

Metode Pemisahan Minyak



Adapun metode pemisahan minyak/oli yaitu :
1. Metode Gravity Setling
Prinsip kerjanya adalah perbedaan density minyak dengan air, dimana air mempunyai density yang lebih besar daripada minyak, maka dengan menempatkan campuran air dan minyak tersebut pada suatu tempat yang tenang, maka air akan mengendap dan terpisahkan dari minyak.
2. Metode Kimia
Pemisahan minyak-air berupa emulsi dengan metode kimia adalah penambahan zat kimia ke dalam larutan emulsi tersebut. Chemical agent ini mempunyai sifat kecendrungan yang lebih kuat untuk menempati partikel air dibanding kecendrungan yang dimiliki emulsifyng agent. Sifat kecenderungan yang lebih besar untuk menempati permukaan partikel air tersebut mengakibatkan molekul amulsifyng agent yang mula-mula menempati partikel air menjadi terdesak dan lari menyebar ke fase minyak. Dengan terdesaknya molekul tersebut, maka kedudukannya digantikan oleh molekul chemical agent. Chemical agent ini mempunyai molekul-molekul yang lebih kecil dibanding dengan molekul-molekul
41
pada emulsifyng agent. Lapisan film ini ternyata tidak menghalangi gaya tarik menarik antar molekul air, sehingga dengan demikian partikel-partikel air akan saling bertumbukan dan membentuk butiran yang lebih besar sehingga memungkinkan pengendapan secara gravitasi terjadi. Banyak zat-zat kimia (reagen) yang dijual di pasaran, misalnya Visco (nalco), Aquanox (Baker) dan lain-lain. Pemilihan zat kimia yang akan tergantung pada sifat-sifat emulsinya. Perusahaan-perusahaan penyediaan zat kimia membantu perusahaan-perusahaan minyak dalam hal pemilihan zat kimia yang akan dipakai. Setelah mereka menguji secara kuantitatif dan kualitatif pada emulsi minyaknya, sifat-sifatnya dapat diketahui misalnya gravity minyak, grafik temperatur vs viskositas minyak dan lain-lain. Data-data tersebut perlu untuk menentukan reagen mana yang akan dipakai, berapa banyaknya, bagaimana temperaturnya, dan lain-lain.
Dari sejarah perkembangan, telah dibuat berbagai jenis alat pemisah minyak dari yang sangat sederhana, kemudian dimodifikasi dan disempurnakan dengan tujuan mendapat efisiensi pemisahan sebesar mungkin. Adapun untuk memenuhi kebutuhan tersebut telah dirancang beberapa metode alat pemisahan minyak yaitu :
a) Interceptor dengan berbagai sekat (baffles) yaitu :
1. Multiple partial transverse baffles
2. Top and bottom transverse baffles
3. Transverse and longitudinal baffles
b) Paralel Plate Interceptor (PPI)
c) American Petroleum Institute (API) Interceptor
Separator American Petroleum Institute (API) adalah suatu pemisah gravity jenis bak horizontal yang berbentuk sekat dengan penggaruk minyak di atasnya. Separator ini juga mempunyai prinsip kerja yang sama dengan model separator oil trap yakni dengan menggunakan sistem gravitasi yang memakai perbedaan densitas. Jenis bak ini banyak digunakan dari bahan beton (concrete) ataupun bahan lainnya. Sebagaimana umumnya bak pemisah horizontal, maka dua hal yang tidak dapat dipenuhi sebagai bak pemisah ideal adalah masalah turbulensi dan stabilitas pengendapan (Anonim, 1994). Oleh karena itu dengan separator API / oil trap, partikel-partikel di bawah 150 mikron tidak dapat dipisahkan dari air limbah. Karena mudahnya pembuatan dan bentuknya yang sederhana,
42
separator ini masih banyak digunakan terutama bila diketahui bahwa partikel minyak dalam air mempunyai ukuran di atas 150 mikron.
d) Corrugated Plate Interceptor (CPI)
Pada dasarnya prinsip kerja dari CPI sama dengan separator API. Akan tetapi di dalam CPI ditambahkan plate-plate fiberglass yang tersusun paralel dengan kemiringan 45°-60°. Plate-plate ini dapat berfungsi menambah luas penampang lintang dari aliran atau mengurangi lintasan butiran partikel minyak ke permukaan sehingga butiran minyak yang telah terkumpul di bawah permukaan plate dapat mengumpul lebih lanjut atau meluncur ke atas permukaan air, plate juga berfungsi untuk mempersingkat jarak tempuh partikel minyak di dalam fase air sehingga pembentukan lapisan minyak dapat lebih cepat dan juga mengatur alirannya agar lebih laminer. Minyak yang terkumpul pada permukaan akan langsung masuk ke skim pipe. Alat ini mampu memisahkan partikel-partikel yang dipakai di industri-industri yang lebih kecil yaitu di bawah 150 mikron. Alat ini banyak dipakai di industri-industri karena selain hemat tempat juga hemat biaya pembuatan serta pemeliharaan dibandingkan dengan alat pemisah sebelumnya. Selain itu ada beberapa keuntungan dari Corrugated Plate Interceptor yaitu :
1. Peningkatan metode pemisahan minyak dari air.
2. Aliran laminer antara piringan atau plate-plate.
3. Distribusi aliran yang efektif tidak dipengaruhi oleh angin.
4. Konstruksinya murah khususnya dalam bahan tahan asam.
Efisiensi dari suatu alat pemisah minyak-air adalah berbanding terbalik dengan perbandingan tentang laju keluarnya pada unit area permukaan. Suatu area permukaan alat pemisah dapat ditingkatkan oleh instalasi dari plat paralel di dalam ruang alat pemisah. Dalam keadaan dimana ruang yang tersedia untuk suatu alat pemisah terbatas, area permukaan yang ekstra yang disediakan oleh suatu unit parallel-plate yang tersusun rapi membuat parallel-plate dari alat pemisah tersebut menjadi alternatif yang menarik pada alat pemisah yang biasa. Aliran yang melalui suatu unit parallel-plate dapat menjadi dua atau tiga kali dari suatu alat pemisah biasa yang sepadan.
Sebagai tambahan terhadap peningkatan area permukaan alat pemisah, kehadiran dari plat parallel dapat mengurangi kecenderungan ke arah kontak yang lebih cepat dan mengurangi pergolakan di dalam alat pemisah, dengan begitu efisiensi dapat ditingkatkan. Plat pada umumnya dipasang dalam posisi miring untuk mendorong minyak yang terkumpul 43
pada bagian bawah plat untuk dipindahkan ke permukaan alat pemisah, sedangkan lumpur yang terkumpul di atas plat akan mengendap ke dasar pemisah. Untuk meningkatkan koleksi minyak dan lumpur, plat biasanya berkerut/berombak-ombak.
Secara umum, parameter yang digunakan untuk perancangan alat pemisah yang konvensional adalah juga digunakan untuk ukuran parallel-plate sistem maksimum (desain) aliran air limbah, bobot jenis dan kekentalan dari fase air limbah mengandung air, dan bobot jenis air limbah minyak.
Pada penelitian pemisahan minyak ini, menggunakan metode gravity setling, dimana air mempunyai density yang lebih besar daripada minyak, maka dengan menempatkan campuran air dan minyak tersebut pada suatu tempat yang tenang, maka air akan mengendap, lapisan minyak (oil layer) akan mengapung sehingga terjadi pemisahan antara air dan minyak dikarenakan oleh berat jenis molekul. (Hodson, and Kilbourne, 1998).

Tujuan Pengolahan Limbah bengkel



Masalah pencemaran lingkungan merupakan masalah serius bagi manusia dan lingkungan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa tidak semua limbah yang dihasilkan diolah dan tidak semua limbah yang diolah telah memenuhi standar baku mutu lingkungan. Contohnya saja minyak pelumas bekas pada bengkel motor dan mobil masih kurang dalam penanganannya. Untuk itu diperlukan pengolahan atau pengelolaan yang baik pada buangan sebelum dibuang. Secara umum tujuan utama dari setiap pengolahan air limbah adalah sebagai berikut :
1. Mencegah serta mengurangi timbulnya pencemaran lingkungan.
2. Mengubah dan mengkonversikan bahan-bahan yang terkandung di dalam limbah bengkel menjadi bahan-bahan yang tidak berbahaya atau bahan berguna baik bagi manusia, hewan, ataupun organisme yang lain melalui proses tertentu.
3. Memusnahkan senyawa-senyawa beracun yang terdapat pada limbah bengkel.

Minyak pelumas merupakan salah satu sumber polutan yang dapat mengkontaminasi air tanah, dan akan merusak kandungan air tanah, bahkan dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah serta minyak pelumas dapat menghambat proses oksidasi biologi dari sistem lingkungan.
Dengan cara pemakaian reaktor pemisah minyak diharapkan limbah yang sudah tidak dipakai lagi dapat diolah dengan baik.
Tabel 2.1 Batas Maksimum Baku Mutu Industri Perbengkelan. NO
Parameter
Konsentrasi
( mg /l )
1.
2.
3.
4.
pH
TSS
COD
Minyak
6,0 – 9,0
200
100
10

Friday, June 29, 2012

Optimasi peralatan Spektrofotometri Serapan Atom



            Pada peralatan optimasi Spektrofotometri Serapan Atom agar memberikan wacana dan sejauh mana sensitivitas dan batas deteksi alat terhadap sampel yang akan dianalisis, optimasi pada peralatan SSA meliputi:
·         Pemilihan persen (%) pada transmisi
·         Lebar celah (slith width)
·         Kedudukan lampu terhadap focus slit
·         Kemampuan arus lampu Hallow Cathode
·         Kedudukan panjang gelombang (λ)
·         Set monokromator untuk memberikan sinyal maksimum
·         Pemilihan nyala udara tekanan asetilen
·         Kedudukan burner agar memberikan absorbansi maksimum
·         Kedudukan atas kecepatan udara tekan
·         Kedudukan atas kecepatan asetilen.

Tabel 2. Kondisi SSA untuk analisis logam Sn,Zn, dan Pb (Rohman, 2007)
Logam
Panjang gelombang (nm)
Tipe nyala
Kisaran kerja (µg/L)
Batas Deteksi (µg/L)
Sn
224,6
UH
15-60
0,03
Zn
213,9
UA
0,4-1,6
0,001
Pb
217
UA
5-20
0,015
Keterangan : UA = Udara-asetilen
                       UH = Udara-Hidrogen

Pengertian Kaleng; Karekteristik



Kaleng adalah lembaran baja yang disalut timah (Sn) atau berupa wadah yang dibuat dari baja dan dilapisi timah putih tipis dengan kadar tidak lebih dari 1,00-1,25% dari berat kaleng itu sendiri. Terkadang lapisan ini dilapisi lagi oleh lapisan bukan metal yaitu untuk mencegah reaksi dengan makanan ataupun minuman di dalamnya. Kelebihan menonjol dari kemasan ini adalah bisa dilakukannya proses sterilisasi, sehingga makanan yang disimpan di dalamnya menjadi steril, tidak mudah rusak, dan awet. Dan pengertian dari baja adalah logam alloy yang komponen utamanya adalah besi (Fe), dengan karbon sebagai material pengalloy utama. Baja dengan peningkatan jumlah karbon dapat memperkeras dan memperkuat besi, tetapi juga lebih rapuh. Definisi klasik, baja adalah besi-karbon alloy dengan kadar karbon sampai 5,1 persen; ironisnya, alloy dengan kadar karbon lebih tinggi dari ini dikenal dengan besi (Fe). Definisi yang lebih baru, baja adalah alloy berdasar besi yang dapat dibentuk secara plastik (http://id.wikipedia.org/wiki/Baja). Pada kaleng, daya ketahanan timah terhadap korosi juga tidak sempurna, akan tetapi terhadap reaksi dengan makanan di dalamnya lebih lambat dibandingkan dengan baja. Bagi orang awam, kaleng sering diartikan sebagai tempat penyimpanan atau wadah yang terbuat dari logam dan digunakan untuk mengemas makanan, minuman, atau produk lain. Dalam pengertian ini, kaleng juga termasuk wadah yang terbuat dari aluminium (Al). Kaleng timah (tin can) merupakan pengembangan dari penemuan Nicolas Francois Appert pada dasawarsa 1800-an. Produk ini dipatenkan oleh seorang berkebangsaan Inggris, Peter Durand pada 1810. Berkat penemuan produksi massal, pada akhir abad ke-19, kaleng yang berbahan dasar timah (Sn) menjadi standar produk konsumen. Produk-produk makanan maupun minuman yang biasanya mengalami proses pengalengan ataupun menggunakan kaleng sebagai tempat (wadahnya) adalah produk-produk yang disterilisasi dengan panas. Proses pembuatan kaleng dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Proses pembuatan kaleng (Desrosier, 1988)
Keterangan :
(1) Bakal badan kaleng ditakik,
(2) Dibuat kait,
(3) Bakal badan kaleng dibentuk dengan mempertemukan kait ujung satu dengan yang lain,
 (4) Bakal badan kaleng berkait dipipihkan untuk membentuk keliling samping,
 (5) Bagian permukaan luar keliling dipatri, dan
(6) Bagian badan kaleng dibengkuk keluar dengan bentuk khusus untuk membuat bibir kaleng.
Dalam kemasan kaleng, makanan dapat dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi dan tekanan yang tinggi pula. Dengan demikian semua mikroba yang hidup bersama makanan tersebut akan mati. Karena kaleng juga ditutup dengan sangat rapat, maka mikroba baru tidak akan bisa masuk kembali ke dalamnya. Oleh karena itu makanan kaleng dapat disimpan hingga dua tahun dalam keadaan baik, tidak busuk, dan tidak beracun. Semua jenis makanan bisa dikemas didalam kaleng. Mulai dari daging, susu, ikan, sayuran, buah-buahan dan makanan olahan seperti sosis, bumbu nasi goreng hingga sayur lodeh. Kini kita bisa menyaksikan berbagai jenis makanan yang dikemas di dalam kaleng ada di warung atau toko kelontong (pasar tradisional) dan supermarket atau swalayan. Merknyapun bermacam-macam, baik produksi dalam negeri maupun impor. Jadi, umur tempat jalannya reaksi panas makanan selama penyimpanan ditentukan oleh daya tahan kaleng terhadap korosi.

 Banyak sekali faktor yang mempengaruhi besarnya korosi pada kaleng bagian dalam, diantaranya :
a.  Tingginya sisa oksigen dalam makanan.
b.  Adanya akselator korosi, seperti Nitrat dan senyawa Sulfur lainnya.
c.   pH makanan dalam kaleng
d.              Suhu dan lama penyimpanan
e.  Jenis kaleng dan lapisan penahan korosi
Biasanya besarnya korosi di bagian luar akan lebih mudah terkontrol, hal tersebut dikarenakan oleh :
a.       Komposisi air pendingin (mengandung klor, melarutkan garam, dsb).
b.      Ketipisan lapisan timah dan jenis kaleng yang digunakan.
Sedangkan untuk bagian dalam kaleng dihindarkan dari terjadinya karat ataupun reaksi terhadap makanan di dalamnya terutama reaksi dengan asam, yaitu dengan cara melapisinya dengan Enamel. Dan biasanya enamel yang dipakai adalah campuran dari Oleoresin Seng Oksida (ZnO). Oleh karenanya logam timah (Sn) dipilih sebagai bahan dasar pembentuk kaleng karena relatif tidak beracun dan menambah daya tarik kemasan karena berkilat dan tahan karat (http://id.wikipedia.org/wiki/Timah).