Penggunaan formal "nalar" sejalan dengan kembalinya peradaban
Yunani kuno. Aristoteles mengemukakan hukum logika klasik dan
menemukan silogisme sebagai alat penalaran. Sejak itu istilah penalaran
telah digunakan dengan berbagai cara oleh psikolog, filsuf dan pendidik.
Banyak peneliti telah melakukan penelitian untuk perluasan konsep
penalaran dan untuk mengukurnya.
Spearman percaya bahwa kemampuan penalaran tergantung
sepenuhnya pada Tuhan dan tidak melibatkan faktor lain. Namun
Thurstone, dalam penelitiannya tentang kemampuan manusia,
mengidentifikasi dua faktor penalaran terpisah yang disebut induksi dan
deduksi. Thurstone mendefinisikan bahwa faktor induksi sebagai
kemampuan untuk menemukan aturan atau prinsip untuk setiap
permasalahan, dan faktor deduksi sebagai kemampuan untuk memproses
secara logika dan menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Pada analisis ulang
data Thurstone, Holzinger dan Herman, dan Eysenck juga
mengidentifikasi sebuah faktor penalaran, sebuah kemampuan yang
digolongkan sebagai ”thinking under restrictive conditions” yang ditandai
secara jelas oleh sebuah uji yang terdiri dari permasalahan penalaranaritmetika
(Tewari, 2003: 21-22). Baca selengkapnya...>>>
Showing posts with label Matematika. Show all posts
Showing posts with label Matematika. Show all posts
Friday, July 15, 2016
Penegrtian Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematika yang diberikan untuk anak sekolah
menengah berbeda dengan pembelajaran yang diberikan pada anak SD.
Hal ini karena anak pada usia ini sudah dapat belajar secara abstrak
dengan penggunakan kemampuan penalarannya. Piaget mengemukakan
bahwa anak pada usia 11-18 tahun yaitu pada tahap operasional formal,
ciri pokok perkembangannya adalah anak sudah mampu berpikir abstrak
dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Model
berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive sudah
mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan,
mengembangkan dan menafsirkan hipotesa (Asri Budiningsih, 2008: 39)... Baca selengkapnya...>>>
Definisi Pengertian Matematika
Secara etimologis matematika berarti ilmu pengetahuan yang
diperoleh dengan bernalar (Erman Suherman, 2003: 16). Dalam hal ini
bukan berarti ilmu lain tidak diperoleh melalui penalaran, akan tetapi
dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio
(penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan pada hasil
observasi atau eksperimen di samping penalaran. Herman Hudojo (2005:
10
103) menyatakan matematika sebagai ilmu yang menelaah bentuk-bentuk
atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan antara hal-hal itu. Objek
penelaahan matematika tidak sekedar kuantitas, tetapi lebih dititik
beratkan kepada hubungan, pola, bentuk dan struktur. Menurut James dan
James yang dikutip Muh. Athar (2009), matematika adalah ilmu tentang
logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang
terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Pengertian Pembelajaran
Menurut Zainal Aqib (2002: 41-42) pembelajaran adalah upaya
untuk mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar
bagi peserta didik. Upaya tersebut bertujuan untuk mempersiapkan peserta
didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik, sehingga dapat
menghadapi kehidupan di lingkungan masyarakat. Kegiatan pembelajaran
dirancang untuk memberikan kegiatan belajar yang melibatkan proses
mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian kompetensi dasar (BSNP, 2006: 17).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah upaya untuk mengorganisasikan lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik, yang kegiatannya
dirancang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar
peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.
Pengertian Balajar dan Landasan Teori Belajar
Menurut Sri Rumini (2006: 59) belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang relatif menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat
diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau
pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Sedangkan Arnie
Fajar (2005: 10) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas
dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan,
daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain. Menurut M. Sobry Sutikno
(2007: 5) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku di
berbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi dengan
lingkungannya... Baca selengkapnya...>>>
Thursday, July 4, 2013
Pengertian Kepuasan Konsumen
Kotler
(1996) dalam Tjiptono (1997) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan
dibandingkan dengan harapannya. Kepuasan merupakan tingkat perasaan konsumen
yang diperoleh setelah konsumen melakukan/menikmati sesuatu. Dengan demikian
dapat diartikan bahwa kepuasan konsumen merupakan perbedaan antara yang diharapkan
konsumen (nilai harapan) dengan situasi yang diberikan perusahaan (perguruan tinggi)
di dalam usaha memenuhi harapan konsumen.
Soelasih
(2004) mengemukakan bahwa jika nilai harapan sama dengan nilai persepsi maka
konsumen akan merasa puas dan jika nilai harapan lebih sedikit daripada nilai
persepsi maka konsumen akan sangat puas. Namun jika nilai harapan lebih besar
dari nilai persepsi maka konsumen tidak puas.
Nilai
harapan dibentuk melalui pengalaman masa lalu, komentar atau saran dari pengguna
dan informasi dari pesaing. Adapun nilai persepsi adalah kemampuan perusahaan di
dalam melayani memuaskan konsumen. Ada tiga harapan mengenai suatu produk atau jasa
yaitu:
1. Kinerja
yang wajar
2. Kinerja
yang ideal
3. Kinerja
yang diharapkan
Kinerja
yang diharapkan adalah yang paling sering digunakan dalam penelitian karena
logis dalam proses evaluasi alternatif yang dibahas. Ketidakpuasan konsumen terhadap
suatu jasa pelayanan karena tidak sesuai dengan yang diharapkan dapat berdampak
negatif terhadap keberhasilan jasa pelayanan tersebut (Eangel,1995). Perusahaan
banyak menggunakan berbagai cara untuk mempertahankan salah satunya adalah
memastikan kualitas produk dan jasa memenuhi harapan konsumen. Menurut Kotler
(1996), pemenuhan harapan akan menciptakan kepuasan bagi konsumen. Konsumen
yang terpuaskan akan menjadi pelanggan, mereka akan:
1. melakukan
pembelian ulang
2. mengatakan
hal-hal yang baik tentang perusahaan kepada orang lain.
3. kurang
memperhatikan merek ataupun iklan produk pesaing
4. membeli
produk yang lain dari perusahaan yang sama
Setiap
perusahaan atau organisasi yang menggunakan strategi kepuasan konsumen akan
menyebabkan para pesaingnya berusaha keras merebut atau mempertahankan konsumen
suatu perusahaan. Kepuasan konsumen akan menyebabkan para pesaingnya berusaha
keras merebut atau mempertahankan konsumen suatu perusahaan. Kepuasan konsumen
merupakan strategi jangka panjang yang membutuhkan konsumen baik dari segi dana
maupun sumber daya manusia (Schnaars,1991). Beberapa strategi yang dipadukan untuk
meraih dan meningkatkan kepuasan pelanggan adalah:
1. Relation
Marketing yaitu strategi dimana transaksi pertukaran antara pembeli dan penjual
berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai. Relationship Marketing
berdasar pada:
a. Fokus
customer retention
b. Orientasi
manfaat produk
c. Orientasi
jangka panjang
d. Layanan
pelanggan yang sangat diperhatikan dan ditekankan
e. Komitmen
terhadap konsumen sangat tinggi
f. Kontak
dengan pelanggan sangat tinggi
g. Kualitas
yang merupakan perhatian sangat tinggi
2. Strategi
Superior Customer Service (Schnaars,1991)
Strategi ini menawarkan
strategi yang lebih baik daripada pesaing. Perusahaan atau organisasi yang
menggunakan strategi ini harus memiliki dana yang cukup besar dan kemampuan SDM
yang unggul, serta memiliki usaha yang gigih agar tercipta suatu pelayanan yang
menawarkan customer service yang lebih baik akan membebankan harga yang
lebih tinggi daripada produk atau jasa yang dihasilkan.
3.
Strategi unconditional guarantees atau extra ordinary
guarantees.
Strategi ini berintikan
komitmen untuk memberikan kepuasan konsumen yang akhirnya akan menjadi sumber
dinamisme penyempurnaan mutu produk atau jasa dan kinerja perusahaan.
4.
Strategi penanganan keluhan yang efisien (Schnaars, 1991)
Memberikan peluang bagi
perusahaan untuk mengubah konsumen yang tidak puas (unsatisfied customer)
menjadi konsumen yang puas (satisfied customer) terhadap produk atau
jasa yang dihasilkan perusahaan.
5.
Strategi peningkatan kinerja perusahaan
Suatu strategi meliputi
berbagai upaya seperti melakukan pemantauan dan pengukuran kepuasan konsumen
secara berkesinambungan, memberikan pendidikan dan pelatihan yang mencakup
komunikasi dan public relation terhadap pihak manajemen dan karyawan,
memasukkan unsur kemampuan untuk memuaskan konsumen yang penilaiannya bias
didasarkan pada survei konsumen, dalam sistem penilaian prestasi karyawan dan
memberikan enpowerment yang lebih besar kepada karyawan dalam melaksanakan
tugasnya.
6.
Penerapan Quality Function Deployment (QFD)
Merupakan praktek dalam
merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan konsumen. Hal ini
melibatkan konsumen dalam proses mengembangkan produk atau jasa sedini mungkin.
Dengan demikian memungkinkan perusahaan untuk memperioritaskan kebutuhan
konsumen serta memperbaiki proses hingga tercapainya efektivitas maksimum.
0001pt; text-align: justify;">
Kepuasan
pelanggan menurut Rangkuti (2004) adalah mengukur sejauh mana harapan pelanggan
terhadap produk atau jasa yang diberikan dan telah sesuai dengan aktual produk
atau jasa yang ia rasakan. Menurut Eangel (1990), kepuasan pelanggan merupakan evaluasi
purna beli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome)
sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan pelanggan timbul
apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan. Sementara Kotler
(2002) secara umum ia menyatakan bahwa:
“Kepuasan
adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan
antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan
harapan-harapannya”.
Friday, February 24, 2012
Metode Numerik Pada Persamaan Linear
Metode
Numerik
Tidak semua permasalahan matematis atau
perhitungan dapat diselesaikan dengan mudah. Bahkan dalam prinsip matematik,
dalam memandang permasalahan yang terlebih dahulu diperhatikan apakah
permasalahan tersebut mempunyai penyelesaian atau tidak. Hal ini menjelaskan
bahwa tidak semua permasalahan dapat
diselesaikan dengan menggunakan perhitungan biasa.
|
Penyelesaian persamaan non-linear adalah penentuan
akar-akar persamaan non-linear. Dimana akar sebuah persamaan f(x) = 0 adalah
nilai-nilai x yang menyebabkan nilai f(x) sama dengan nol. Dengan kata lain
akar persamaan f(x) adalah titik potong antara kurva f(x) dengan garis y = 0.
SKRIPSI MATEMATIKA: Regula Falsi Menggunakan Cara Komputasi serta mengetahui perbedaan kecepatannya dalam menyelesaikan persamaan non-linear ditinjau dari banyaknya iterasi
Latar Belakang
Persoalan
yang melibatkan model matematika banyak muncul dalam berbagai disiplin ilmu
pengetahuan, seperti dalam bidang fisika, kimia, ekonomi, atau pada persoalan
rekayasa (engineering), seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin, Elektro dan
sebagainya. Seringkali model
matematika tersebut muncul dalam bentuk yang tidak ideal atau sulit untuk
dikerjakan secara analitik untuk mendapatkan solusi
sejatinya (exact solution). Yang dimaksud dengan metode analitik adalah
metode penyelesaian model matematika dengan rumus-rumus aljabar yang sudah baku
atau lazim digunakan.
Sebagai ilustrasi, diberikan beberapa contoh
berikut ini :
1. Penyelesaian akar-akar persamaan polinom :
23,4x7
– 1,25x6 + 120x4 + 15x3 - 120x2 - x
+ 100 = 0
2. Pencarian harga x yang memenuhi
persamaan:

3. Penyelesaian sistem persamaaan linear :
1,2a - 3b
- 12c + 12d + 4,8e – 5,5f + 100g = 18
0,9a + 3b
- c + 16d + 8e - 5f - 10g = 17
4,6a + 3b
- 6c - 2d + 4e + 6,5f - 13g = 19
|
2,2a + 3b
+ 17c + 6d + 12e – 7,5f + 18g = 9
5,9a + 3b
+ 11c + 9d - 5e - 25f - 10g = 0
1,6a + 3b
+ 1,8c + 12d -7e +2,5f + g =-5
(Susy, 2006 : 1-2)
Setelah
melihat beberapa contoh ilustrasi di atas, kemungkinan besar cara analitik
tidak dapat digunakan. Untuk polinom berderajat 2, masih bisa dicari akarnya
menggunakan rumus abc yang sudah terkenal, yaitu :

Namun, untuk polinom yang berderajat
lebih besar dari 2, tidak ada rumus aljabar untuk menghitung akar polinom
tersebut. Alternatifnya adalah dengan memanipulasi polinom, misalnya dengan
pemfaktoran atau menguraikan polinom tersebut menjadi perkalian beberapa suku.
Semakin tinggi derajat polinom, jelas semakin sukar memfaktorkannya. Begitu juga untuk menyelesaian sistem
persamaan linear. Apabila sistem persamaannya hanya berupa dua atau tiga garis
lurus dengan dua atau tiga peubah, masih dapat ditemukan solusinya (dalam hal
ini titik potong kedua garis) dengan menggunakan rumus titik potong dua buah
garis. Titik potong tersebut juga dapat ditemukan dengan menggambar kedua garis
pada kertas grafik. Tetapi untuk sistem dengan jumlah persamaan dan jumlah
peubah lebih besar dari tiga, tidak ada rumus yang dapat dipakai untuk
memecahkannya.
Contoh-contoh ilustrasi di atas memperlihatkan
bahwa ada beberapa persoalan matematika yang tidak dapat diselesaikan dengan
metode analitik. Akan tetapi metode analitik unggul untuk sejumlah persoalan
yang memiliki tafsiran geometri sederhana. Misalnya menentukan akar
penyelesaian dari
menggunakan rumus abc.
Padahal persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu dalam
bentuk sederhana tetapi sangat kompleks serta melibatkan bentuk dan proses yang
rumit. Akibatnya nilai praktis penyelesaian metode analitik menjadi terbatas.
Bila metode analitik tidak dapat lagi digunakan, maka salah satu solusi yang
dapat digunakan adalah dengan metode Numerik. Metode Numerik adalah
teknik yang digunakan untuk memformulasikan persoalan matematika sehingga dapat
dipecahkan dengan operasi perhitungan atau aritmatika biasa (tambah, kurang,
kali, dan bagi) (Susy, 2006 : 3-5).

Penyelesaian
secara numerik umumnya melibatkan proses iterasi, perhitungan berulang dari
data numerik yang ada. Jika proses iterasi tersebut dilakukan secara manual,
akan membutuhkan waktu yang relatif lama dan kemungkinan timbulnya nilai
kesalahan (error) akibat manusia itu sendiri juga relatif besar.
Misalnya untuk menyelesaikan persoalan persamaan non-linear
, jika diselesaikan menggunakan cara manual menggunakan
Metode Biseksi diperlukan beberapa iterasi. Untuk penyelesaian sampai tujuh
angka di belakang koma dapat terjadi iterasi sampai puluhan kali. Ini tentu
membutuhkan waktu yang relatif lama. Pada kenyataannya sering terjadi proses
iterasi sampai ratusan kali, pada keadaan demikian ini komputer sangat
dibutuhkan untuk mengurangi waktu penyelesaian (Munif, 1995 : 3). Selain mempercepat perhitungan numerik,
dengan komputer dapat dicoba berbagai kemungkinan solusi yang terjadi akibat
perubahan beberapa parameter tanpa menyita waktu dan pikiran. Solusi yang
diperoleh juga dapat ditingkatkan ketelitiannya dengan mengubah-ubah nilai
parameter (Susy, 2006 : 9).

Persamaan linear jika digambarkan pada sumbu
kartesius berupa garis lurus. Sedangkan untuk persamaan non-linear jika
digambarkan pada sumbu kartesius berupa kurva (garis lengkung). Persamaan yang termasuk persamaan
non-linear adalah persamaan polinomial, persamaan eksponensial, persamaan
logaritmik, persamaan sinusoida, dan sebagainya (Munif, 1995 : 7). Sebagai
contoh misalnya terdapat persamaan :
dengan daerah asal {x
| -2 £ x £ 6, x Î R}. Persamaan tersebut jika digambarkan
pada sumbu kartesius :


Dari gambar di atas terlihat jelas bahwa persamaan
jika digambarkan pada
sumbu kartesius berupa kurva. Jika dicari nilai x yang memenuhi persamaan
biasanya digunakan rumus abc, maka diperoleh x1 = 0 dan x2
= 4. Nilai-nilai x yang memenuhi persamaan ini pada gambar terlihat jelas yaitu
titik potong garis dengan sumbu x.

Akan
tetapi jika diilustrasikan untuk persamaan non-linear :
23,4x7 – 1,25x6 + 120x4 + 15x3
- 120x2 - x + 100 = 0 maka rumus abc sudah tidak berlaku lagi,
karena persamaan tersebut mempunyai pangkat yang lebih besar dari 2. Metode analitik tidak berlaku lagi karena
terlalu memakan banyak waktu, tenaga dan pikiran. Jalan yang paling efektif dan
efisien adalah dengan mengggunakan metode Numerik, karena hanya dengan beberapa
langkah saja sudah bisa didapatkan apa yang diinginkan.
Penyelesaian yang digunakan dalam metode Numerik
adalah penyelesaian pendekatan, oleh karena itu biasanya timbul kesalahan (error).
Pada penyelesaiannya diusahakan untuk mendapatkan error yang sekecil
mungkin. Langkah pertama yang dilakukan dalam penyelesaian persamaan non-linear
dengan menggunakan metode Biseksi dan metode Regula Falsi adalah menetapkan
nilai sebarang a sebagai batas atas dan nilai sebarang b sebagai batas bawah
kemudian ditentukan nilai fungsi f(x) untuk x = a dan x = b. Selanjutnya adalah memeriksa
apakah f(a).f(b) < 0, apabila terpenuhi syarat tersebut berarti akar fungsi
terdapat di antara a dan b. Jika tidak terpenuhi maka kembali harus menetapkan
nilai sebarang a dan b sedemikian rupa sehingga ketentuan perkalian terpenuhi
(Wibowo, 2007 : 1). Jika ketentuan perkalian terpenuhi maka selanjutnya adalah
menentukan titik c (titik di antara a dan b). Untuk metode Biseksi menggunakan
rumus
sedangkan untuk metode
Regula Falsi menggunakan rumus
. Langkah selanjutnya adalah mencari nilai c yang lain
sehingga didapat error yang kecil atau sama dengan nol.


Selain sederhana, metode Biseksi dan metode Regula
Falsi mempunyai beberapa kelebihan yaitu proses iterasi lebih cepat, mudah
untuk dibuat program dan tingkat kesalahan kecil. Untuk metode yang
menghasilkan error kecil maka metode tersebut lebih teliti dibanding
dengan metode lain. Dalam metode Numerik ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan persamaan non-linear, diantaranya metode Tabulasi,
metode Biseksi, metode Regula Falsi, metode Iterasi bentuk x = g(x), metode Newton
Rapson, metode Faktorisasi (P3, P4, P5), metode
Bairstow dan metode Quotient-Difference
(Q-D) (Munif, 1995 : 8).
Berdasarkan uraian di atas, tujuan utama penelitian
ini adalah mempelajari penyelesaian persamaan non-linear menggunakan metode Biseksi
dan metode Regula Falsi Menggunakan Cara Komputasi serta mengetahui perbedaan
kecepatannya dalam menyelesaikan persamaan non-linear ditinjau dari banyaknya
iterasi.
Subscribe to:
Posts (Atom)